Tepung-Pa-Tepung Karya Seniman Majalengka yang Kaya Makna Hadir di Jakarta Biennale 2024
Nani mengungkapkan karyanya merupakan hasil dari dialog antara dirinya dengan warga lokal yang terjalin melalui pertemuan-pertemuan sederhana di berbagai tempat saat residensi Baku Konek.
Hasil temuan tersebut ia wujudkan dalam bentuk instalasi yang mencerminkan suasana magis dan kontras antara ingatan akan ekologi dan tradisi pengobatan setempat.
Visual instalasi ini ditampilkan dalam bentuk piringan berpelat aluminium bergelombang beraksara Arab warna kuning dari beras kunyit yang memberikan nuansa spiritual sekaligus membumi.
Karya ini seolah menjadi medium bagi pertemuan antara manusia dengan leluhur, sekaligus menyuarakan kondisi ekologis yang dialami masyarakat Pekanbaru.
Nani menjelaskan beras kunyit menjadi salah satu medium yang ada pada ritual Tepuk Tepung Tawar, dan juga ada dalam ritual Badewo Bonai.
Dari kedua ritual tersebut beras dan kunyit sama sama digunakan untuk menawar atau mengobati atau menangkal penyakit atau hal-hal buruk.
Representasi Ekologi dan Ritual Pengobatan
Tepung-Pa-Tepung' karya seniman asal Majalengka Nani Nurhayati menggugah imaji kolektif tentang pertemuan budaya dan kondisi ekologi di Riau
- Ketoprak 'Retno Kencana' Hidupkan Kembali Warisan Budaya
- Indonesiana.TV Dirancang Menjadi Jembatan Digital untuk Jelajahi Kekayaan Budaya
- Akui Belum Move On dari Mantan Istrinya, Ardhito Pramono: Gue Tetap Bisa Berkarya
- Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya
- Menkomdigi Ajak Seluruh Elemen Bangsa Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia
- Aktor Indonesia Pascal Phoa Tampil dalam Pertunjukan Teater Hamlet di New York