Tepung-Pa-Tepung Karya Seniman Majalengka yang Kaya Makna Hadir di Jakarta Biennale 2024
Melalui 'Tepung-Pa-Tepung', Nani ingin membuka kesadaran publik tentang kondisi ekologis yang semakin memburuk di Pekanbaru akibat polusi udara dan bencana lingkungan lainnya.
Instalasi ini menjadi metafora bagi masyarakat yang masih menjaga tradisi, namun di saat yang sama, harus berhadapan dengan perubahan lingkungan yang drastis.
Karya “Tepung-Pa-Tepung” juga terinspirasi dari upacara Badewo Bonai dan Tepuk Tepung Tawar, dua ritual pengobatan tradisional Melayu Riau yang menjadi simbol keselarasan antara alam dan manusia.
Dalam konteks karya Nani, kedua ritual tersebut mencerminkan proses pertemuan dan temuan yang berdialog satu sama lain, seolah menjadi penawar bagi luka ekologis yang sedang dialami.
Bagi Nani Nurhayati, “Tepung-Pa-Tepung” tidak hanya sekadar karya instalasi, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana pertemuan antarbudaya, alam, dan manusia dapat mengungkapkan ingatan kolektif yang penting untuk dijaga.
Karya ini mengajak kita untuk merenung, berdialog, dan melihat kembali bagaimana kita berinteraksi dengan alam dan tradisi dalam konteks yang terus berubah.
Panggung Baku Konek di Jakarta Biennale 2024
Karya “Tepung-Pa-Tepung” menjadi salah satu dari 18 karya seniman lain yang tergabung dalam program Baku Konek 2024.
Tepung-Pa-Tepung' karya seniman asal Majalengka Nani Nurhayati menggugah imaji kolektif tentang pertemuan budaya dan kondisi ekologi di Riau
- 7 Tahun Berkarya, VAIA Persembahkan 'Soiree of Translucent Tales'
- 18 Karya Seniman Residensi Baku Konek Masuk Pameran Jakarta Biennale 2024
- Ketum AMI Putu Rudana: Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara Perlu Dibumikan
- Sosok Peduli Budaya, Elly Lasut Dapat Dukungan untuk Menang di Pilkada Sulut
- The Punokawan Unjuk Gigi di Event Floralien 2024 di Belgia
- Film Tulang Belulang Tulang Sudah Tayang di Bioskop, Hasil Program Inkubasi Indonesian