Terancam Bernasib Serupa Iraq

Terancam Bernasib Serupa Iraq
Terancam Bernasib Serupa Iraq
Kematian mantan orang dekat Kadhafi yang membelot Februari lalu itu saja bisa memicu friksi berkepanjangan. Sebab, kalangan internal pemberontak sudah pasti saling tuding. Belum lagi ancaman pembalasan dari suku asal Younes, Obeidi, yang hingga kini menuntut penjelasan atas kematian tokoh kebanggaan mereka itu.

Nah, kalau terhadap komandan sendiri para pemberontak tega membunuh, bagaimana nasib para pejabat dan rakyat biasa yang selama ini loyal kepada Kadhafi" Tak ada yang bisa menjamin bahwa tak akan ada pembantaian terhadap mereka.

Karena itu, satu per satu pejabat Kadhafi melarikan diri begitu tanda-tanda kejatuhan sang kolonel terlihat. Terakhir, Menteri Perminyakan Libya Omran Abukraa membelot ke Tunisia. "Tiap darah yang jatuh akibat pemberontak adalah tanggung jawab dunia Barat," ujar Moussa Ibrahim, juru bicara rezim Kadhafi, seperti dikutip Associated Press.

Tetapi, pedulikah NATO, yang merupakan representasi Barat, dalam konflik Libya itu? Sepertinya tidak. Mereka hanya berkepentingan melengserkan Kadhafi, itu saja. Apalagi, mereka tak punya mandat untuk menerjunkan pasukan darat sehingga tak mungkin bisa mencegah gerak pasukan pemberontak jika mereka bermaksud melakukan "pembersihan" orang-orang Kadhafi.

MOAMMAR Kadhafi memang sudah kalah meski belum menyerah. Tetapi, apakah itu berarti Libya bakal memasuki era baru yang lebih baik? Tanda-tanda yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News