Terapi Pecandu Nikotin di Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan Jakarta
Setelah
Kamis, 01 April 2010 – 01:33 WIB

Dr Agus Dwi Susanto MD ketika melayani salah satu pasien peserta terapi. Foto Nungki K
Wakil Ketua Tim Klinik Berhenti Merokok dr Agus Dwi Susanto M.D. menuturkan, pasien memang tidak rutin datang setiap hari. Sebab, masing-masing pasien sudah memiliki jadwal. "Biasanya, kami janjian dulu kapan mereka akan menjalani terapi," ujar pria 36 tahun itu.
Dia menceritakan, klinik tersebut sebenarnya tidak dibangun dan dibuat baru oleh RS Persahabatan. Sejak 1990, RS memang mencanangkan klinik tersebut. Hanya, kata Agus, saat itu RS hanya memberikan konseling tanpa bantuan obat-obatan. "Juga, tidak ada tindak lanjut dari setiap konseling yang dilakukan," tutur bapak satu anak itu.
Setelah hampir 15 tahun beroperasi, klinik tersebut mulai tenggelam. Menurut Agus, saat itu tidak ada pasien yang mendaftar untuk terapi. "Mungkin saat itu mereka tidak melihat keberhasilan terapi yang dilakukan," katanya.
Pada 7 November 2008, pihak RS mengaktifkan kembali klinik tersebut. Salah satunya, membentuk tim inti yang terdiri atas dua dokter umum, dua dokter spesialis paru, dan seorang dokter spesialis kejiwaan. "Ada juga beberapa dokter spesialis lain yang bergabung dalam tim," ujar Agus.
Saat fatwa rokok haram menjadi perdebatan akhir-akhir ini, Rumah Sakit (RS) Persahabatan di Jakarta melangkah lebih jauh. Hampir dua tahun ini RS
BERITA TERKAIT
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif