Terbang setelah Delapan Tahun Gantung Ijazah di Kamar
Selasa, 21 Oktober 2008 – 11:55 WIB

Monika Angraeni di depan pesawat yang dipilotinya.
Maskapai yang berpusat di Malaysia tersebut benar-benar memberikan kesempatan bagi Monik untuk meningkatkan kemampuannya. Setelah digembleng kembali di pusat pelatihan AirAsia di Sepang, Malaysia, Monik juga dipercaya untuk menjadi co-pilot untuk rute regional Bangkok, Malaysia, Kinabalu dan Kuching.
Dengan jadwal kerja empat hari kerja dan dua hari istirahat (off) ini, Monik mengaku mencoba untuk tetap dekat dengan keluarga. Dalam seminggu dia bisa terbang tiga kali. Setelah mendapatkan SIM Airbus pada April 2008, Monik kini lebih banyak melayani rute-rute dalam negeri yakni Balikpapan, Batam, Denpasar, dan Padang.
Sebagai pilot, Monik memang sibuk. Bahkan, pada Lebaran lalu, saat mayoritas masyarakat asyik menyantap ketupat dan opor masakan khas Lebaran, dia harus merayakan Lebaran hari kedua di udara. “Saya kebagian terbang ke Padang. Asyik juga Lebaran di udara,” katanya.
Di tengah tudingan kurang amannya penerbangan di tanah air, Monik mengakui ada sebagian keluarganya yang khawatir dengan profesinya. Namun, soal keselamatan diri itu Monik mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa.
“Ya, paling kalau turbulensi atau cuaca buruk ya banyak-banyak membaca ayat kursi. Ibu (Susi Handayati, 60) juga minta (dirinya) untuk (perbanyak) tahajud karena kondisi cuaca saat ini sering tidak bersahabat,” kata waniya yang hobi renang ini.
Sebagai pilot, berbagai situasi yang tidak mengenakkan pernah dialami. Misalnya pengalaman pendaratan darurat setidaknya dua kali. Monik bangga perusahaan tempat dia bekerja memiliki standar keamanan yang cukup tinggi.
“Kalau memang tidak save, kita nggak bakal bertaruh. Kami memiliki standard operating procedure yang mapan,” sebut Monik yang pekan ini ditugasi perusahaannya untuk mengambil pesawat Airbus baru di Toulouse, Prancis.
Setelah cita-citnya jadi penerbang tercapai, Monik tidak berhenti bermimpi. Dia memiliki keinginan untuk bisa mempunyai airlines sendiri. “Kalau bisa juga ingin sekolah lagi. Ambil master di bidang Aviation. Mudah-mudahan ada yang mau memberikan sponsor,” kata Monik.
Jumlah wanita pilot yang bekerja di penerbangan komersial di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Di tengah lingkungan profesi yang masih dikuasai
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu