Terbiasa Jarak Jauh
jpnn.com - BERDASAR survei, 100 persen responden kami sepakat bahwa Cak Lontong lucu. Survei kami lakukan kepada Cak Lontong seorang diri.
Insinyur elektro lulusan ITS Surabaya tersebut memang harus merasa selalu lucu. Kalau nggak lucu, itu berarti dia sudah berniat pensiun.
Berikut wawancara di sela kesibukan pria bernama asli Lies Hartono itu. Tak cuma asyik, panelis di Indonesia Lawak Klub (ILK) tersebut ternyata juga bapak yang setiap Lebaran pasti pulang untuk keluarga.
Cak, sibuk apa sekarang?
Ya, alhamdulillah. Untungnya ikut di acara yang ditonton banyak orang itu jadi banyak yang tahu. Sekarang kan ini sudah ada ILK. Ramadan ini juga ikut main di OVJ Buka Bersama dan Pasahur. Sampek tidurnya di studio.
Dulu nggak ada tawaran, Cak?
Tahun lalu kan masih di Intermezo di MNC TV. Sebetulnya durasinya sering juga, Senin sampai Kamis. Tapi, tayangnya jam 11–12 malam. Saya aja kadang pas syuting udah tidur, apalagi yang nonton. Hahaha...
Perjuangan untuk sampai terkenal seperti sekarang bagaimana?
Saya dari dulu kerja seperti ini. Sejak kuliah. Ya walaupun bisa dibilang masih iseng. Saya mulai tahun 90-an punya grup Tjap Toegoe Pahlawan. Terus vakum setelah lulus kuliah. Sempet kerja 4 tahun di perusahaan konsultan Jepang Electrical Mechanical Consultant. Tapi, saya merasa nggak cocok dan keluar. Pada 2000 saya isi acara Republik BBM. Sejak itu saya di Jakarta ini sampai sekarang.
Kunci jadi pelawak itu apa?
Kalau menurut saya, pelawak harus punya karakter. Kalau nggak gitu, susah diinget orang. Kebetulan gaya saya dari dulu seperti ini dan pas sama karakter saya. Kemudian, saya dapat frame yang pas juga. Maka klop menyatu. Hasilnya maksimal. Kalau orang butuh melawak yang kayak gini, langsung oh Cak Lontong.
Kenapa milih nama Cak Lontong?
Ini panggilan saya dari SMA. Nggak tahu ya, mungkin karena saya kurus panjang kayak lontong. Terus saya tambahi Cak, jadi Cak Lontong.