Terinspirasi Anak Kandung yang Jualan di Sekolah
Syarif percaya, hal itu terjadi sejak anaknya belajar entrepreneurship (kewirausahaan). Syarif langsung mempunyai ide untuk menerapkan konsep entrepreneur pada anak yatim. Dia lantas mempersiapkan konsep serupa untuk rumah yatim piatunya.
Dia mulai membangun gedung untuk rumah yatim piatu. Dananya dibantu pemerintah dan corporate social responsibility (CSR) perusahaan besar.
Pada 2011 pembangunan gedung panti asuhannya rampung. Syarif langsung memberi nama Kidspreneur Center. Awalnya, hanya tiga anak yatim piatu yang mengisi Kidspreneur.
Ketika itu juga, dia masih menjalankan konsep entrepreneurship anak yatim secara acak. Misalnya, anak-anak tidak diberi uang untuk jajan di sekolah. Melainkan diberi beberapa bungkus keripik. Nah, mereka diberi kebebasan untuk menjual keripik tersebut ataupun mengonsumsinya sendiri.
Syaratnya, mereka tidak boleh mengaku sebagai anak yatim. Sebab, dengan mengaku sebagai anak yatim, bakal banyak orang yang kasihan dan membeli produk mereka. Kondisi itu tidak berlangsung lama karena Syarif terus memutar otak bagaimana caranya dirinya mengembangkan konsep kewirausahaan.
Pada pertengahan 2011, Syarif menghadiri sebuah acara seminar yang dihelat Universitas Ciputra (UC). Setelah forum, dia memberanikan diri bertemu dengan Rektor UC Tony Antonio. Di situ, Syarif menjelaskan soal program Kidspreneur miliknya. Harapannya, UC mau memberikan bimbingan mengenai entrepreneur.
’’Saya bonek saja, tapi syukurnya mereka malah mau memberikan pelatihan pada kami,’’ ujar ayah Ardelia Nihlah Illahi, Alissa Dzihni Al-Fatihah, Muhammad Tommy, Muhammad Adlan Syarif, dan Muhammad tersebut.
Awalnya, UC meneken kerja sama dua tahun dengan Kidspreneur Center. Pada pertengahan 2011, mereka menggagas program pelatihan kewirausahaan untuk anak-anak yatim se-Surabaya.
DARI luar, tidak ada tanda-tanda bahwa gedung di Bratang Binangun tersebut adalah rumah yatim piatu. Warna catnya terang berwarna-warni. Hijau dan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara