Terinspirasi Kasus Ibu Hamil yang Meninggal di Perahu
Rabu, 10 April 2013 – 00:11 WIB
Tanpa pikir panjang, Rosmiati langsung merujuk ibu yang kritis itu ke RSUD Pemkab Indragiri Hilir. Namun, evakuasinya sungguh berat. Sebab, di desa tersebut tidak ada ambulans yang siaga. Karena itu, evakuasi terpaksa dilakukan dengan cara manual. Pasien dibawa ke rumah sakit dengan ditandu warga.
Agar tidak kepanasan, pasien dipayungi dengan dedaunan seadanya. Selama hampir dua jam perjalanan, rombongan pasien akhirnya sampai di bibir sungai. Mereka harus menyeberangi sungai yang dalam dan deras untuk bisa menuju RSUD Pemkab Indragiri Hilir.
Penyeberangan itu butuh waktu sangat lama. Lebih dari empat jam. Nahas bagi si ibu. Dia kehabisan darah dan meninggal di atas perahu.
Kasus tersebut menjadi pelajaran berharga buat Rosmiati. Mulai saat itu, dia memperhatikan kondisi pasiennya secara lebih saksama. "Risiko penyulit persalinan sekecil apa pun harus diantisipasi," tegasnya.
Masih banyak wilayah Indonesia yang memiliki infrastruktur medis minim. Antara lain, pedalaman Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, tempat bidan Rosmiati
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala