Terinspirasi Nasib Tragis Teman, Dapat Apresiasi dari BNN
jpnn.com - MENJADI pecandu putau biasanya berujung pada beban keluarga, jadi sampah masyarakat, dan meninggal mengenaskan. Namun, tidak bagi sejumlah pecandu putau di kawasan Sawahan. Mereka bisa sembuh dan kini aktif berkampanye antinarkoba. Metodenya lebih mengena karena mereka tahu psikologis pecandu
-------------
Laporan Indiani K.W, Surabaya
-------------
MATA sayu. Kulit mbesisik, tak terawat. Sama sekali tidak ada aura positif dan gairah hidup yang terpancar dari mereka. Itulah penampilan para pecandu putau. Penampilan itu juga pernah melekat pada diri sepuluh penduduk Sawahan yang kini menjadi pendekar kampanye antinarkoba yang tergabung dalam Komunitas Mantan Pecandu Putau Sawahan.
Mereka adalah Kusworo dari Kupang Krajan, Silas Handoko asal Simogurung Kramat, Achmad Ilham yang tinggal di Kupang Gunung Barat, Didik Ali Rusdi asal Kupang Krajan, dan Ari Indra Kusuma dari Ketintang.
Selain itu, Ainun Rofik dari Wonorejo, Tema Nufianto asal Jakarta yang tinggal di Bronggalan, Candra dari Wonorejo, serta M. Subar dan Nur Alimun yang berasal dari Kupang Krajan.
Menurut Kusworo, salah seorang inisiator komunitas tersebut, kelompoknya memang beranggota bekas pecandu putau. Termasuk, dirinya sendiri. ’’Jadi, kami tahu persis rasanya seperti apa dan tidak enaknya seperti apa,’’ ucap Kusworo lantas tersenyum.
Kisah kecanduan mereka terhadap narkoba nyaris sama dengan pecandu lain. Yakni, coba-coba dari pil koplo dulu, kemudian meningkat ganja. Setelah itu, sabu-sabu dan putau. Narkoba jenis terakhir tersebut memang sangat jahat.
Sekali kecanduan, ketergantungan yang dialami bukan hanya sugesti, tetapi juga fisik. Tak heran, pecandunya seperti vacuum cleaner. Mereka mengisap materi kekayaan diri dan keluarga. Barang harus selalu ada. Kalau tidak, sekujur tubuh terasa sakit. ’’Ini yang paling jahat memang,’’ ucapnya.
MENJADI pecandu putau biasanya berujung pada beban keluarga, jadi sampah masyarakat, dan meninggal mengenaskan. Namun, tidak bagi sejumlah pecandu
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara