Terkaget-kaget saat Pembukaan Pengunjung Membeludak

’’Awalnya tidak ada ruang senjata, tapi ada perubahan. Jadi, kami berancang-ancang sebelum berangkat ke Rouen,’’ ujar Agus yang juga mengajar di Universitas Ciputra (UC) tersebut.
Dalam ruangan-ruangan itu, benda-benda yang ditampilkan tidak hanya berasal dari Indonesia. Isinya adalah benda-benda etnografi dari negara-negara di Asia, seperti Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, dan Filipina.
Sekitar tiga minggu mereka melukis lima ruangan dengan tema berbeda tersebut. Gambar dalam lukisan disesuaikan dengan objek yang akan dipajang dalam ruangan. Misalnya, pada ruangan bertema pertunjukan, Agus melukiskan wayang dengan nuansa kontemporer.
Untuk ruang teater, dia melukiskan awan-awan yang terinspirasi dari batik Cirebon. ’’Batik Cirebon banyak terpengaruh desain Tiongkok. Jadi, selain rasa Indonesia, ada nuansa Tiongkok,’’ ujar laki-laki 47 tahun tersebut.
Ruang teater itu diberi beberapa objek seperti gong dari Jepang. Gong diletakkan di gambar tangan wayang sehingga menyerupai gambar tiga dimensi. Dalam pemilihan objek, Agus dan Jenny tetap dilibatkan oleh pihak museum. Menurut Jenny, mereka dilibatkan untuk memberikan rasa Asia pada museum.
Proses memilih barang juga bukan perkara mudah. Sebab, mereka berdua harus memilih di antara banyak barang etnografi.
Memang, museum tersebut mempunyai ruang khusus berisi barang-barang etnis dari negara-negara di Asia. Mulai keris, angklung, wayang, boneka Tiongkok, pedang, baju samurai, perisai perang dari Kalimantan, hingga satu pelataran tradisi masyarakat Thailand. ’’Banyak sekali barangnya dan masih bagus-bagus,’’ ucap Jenny yang juga mengajar di Universitas Ciputra (UC) tersebut.
Yang tidak terlupakan, selama proses itu Jenny dan Agus bekerja sama dengan teknisi bernama John Luc yang tidak bisa berbahasa Inggris. Setiap hari mereka bertemu untuk menyelesaikan ruangan demi ruangan. ’’Saya bisa sedikit-sedikit bahasa Prancis. Jadi, kami berkomunikasi sangat apa adanya,’’ kenangnya.
HARI yang cerah Sabtu kemarin (25/10) benar-benar dimanfaatkan Agus Koecink dan Jenny Lee untuk quality time bersama anak-anak mereka. Pasangan seniman
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara