Terlalu Konsumtif, 28 Persen Masyarakat Bangkrut
Menurut Vivek, kelompok Broke ini muncul karena tidak kuat menahan godaan gaya hidup konsumtif. Misalnya, ikut-ikutan membeli HP atau gadget, kendaraan, dan pakaian terbaru setelah melihat orang lain membelinya. Menariknya, gaya hidup konsumtif tidak hanya terjadi di masyarakat perkotaan, tapi juga dipinggiran kota hingga pedesaan. "Sebab, mereka melihat gaya hidup itu melalui media seperti televisi dan ikut-ikutan. Kalau kondisi ini berlarut-larut, jumlah kelompok Broke akan bertambah dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
Meski jumlah yang masuk kelompok Broke dan On Edge cukup besar, namun masyarakat Indonesia tergolong sangat percaya diri atau optimistis. Kelompok Broke misalnya, 73 persen diantara mereka masih optimistis bahwa kondisi ekonomi di masa mendatang akan membaik. "Inilah uniknya Indonesia. Mungkin ini karena pengalaman bangkit dari krisis 1998 maupun 2008. Bahkan, saya kira kepercayaan konsumen Indonesia ini termasuk yang tertinggi di dunia," ujar Vivek. (owi/sof)
JAKARTA - Kuatnya daya beli masyarakat selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun penelitian perusahaan riset global Kadence
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Seusai Minyak Goreng, Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Naik
- Aplikasi Pemesanan AirAsia jadi yang Terbaik versi World Travel Tech Awards 2024
- Gelar Rising Stars, Bank Saqu Rayakan Satu Tahun Perjalanan
- Gantikan Posisi Wulan Guritno, Chef Juna jadi Komisaris Independen PT Lima Dua Lima Tiga
- Kinerja BUMN Melesat di Tahun Ini, Dividen Tercapai 100% Senilai Rp 85,5 Triliun
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Sigap Atasi Kebocoran Pipa BBM di Cakung-Cilincing