Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan
Sabtu, 13 Februari 2010 – 05:27 WIB
"Ini kesempatan untuk melihat masalah itu dari bawah," kata Emil. Dia geram dengan banyaknya masalah lingkungan seperti banjir, polusi, dan kemacetan. Padahal, menurut dia, banyak peraturan yang sudah bagus, namun gagal di tingkat implementasi. "Ada semacam api yang membakar. Ide bagus, tapi pelaksanaannya brengsek. Ingin mencari bagaimana kok tidak klop, tutup sama botolnya itu. Ini kombinasi sebel, kesel, jengkel, tapi juga harapan," kata Emil. Dia merasa, pengalamannya di pemerintahan dan sebagai akademisi masih bisa terus dimanfaatkan.
Perjalanan hidup Emil memang membentang panjang. Doktor ekonomi lulusan University of California at Berkeley, AS (1961?1964) ini dikenal sebagai salah satu teknokrat-ekonom yang ikut membangun fondasi Orde Baru.
Emil pernah bekerja 25 tahun bersama mantan Presiden Soeharto (alm) sejak 1968, ketika menjadi deputi ketua Bappenas. Karirnya di pemerintahan terus bersinar dengan menjadi menteri pendayagunaan aparatur negara (1971?1973), menteri perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata (1973?1978), dan menteri kependudukan dan lingkungan hidup (1978?1993).
Peraih Bintang Mahaputra Adipradana (1973) itu mengakhiri pengabdiannya di pemerintahan Orde Baru pada 1993. Dia mengatakan, itu dia lakukan bukan karena sudah tidak cocok dengan Pak Harto. "Saya sudah (bekerja) dengan Pak Harto sejak tahun 68. Wah, kalau 25 tahun itu lambat laun kan jemu. Kreativitas pun sudah hilang," kata Emil.
Di antara para anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof Dr Emil Salim adalah yang tertua. Dia seorang teknokrat, ekonom, juga aktivis
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408