Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan
Sabtu, 13 Februari 2010 – 05:27 WIB
Guru besar Universitas Indonesia itu lantas kembali ke kampus. Di kampus itulah dia mengetahui dan menyadari bahwa generasi sudah berubah. Model pemerintahan otoriter dinilai Emil hanya cocok di tahun 1970?1980-an. "Saya merasa ada generation change. Tidak bisa kalau generasi berubah kau pakai pola lama," kata mantan presiden Dewan Eksekutif United Nation Environment Programme (UNEP) itu.
Emil menyadari, menjelang abad ke-21, demokratisasi sudah harus dimulai. Salah satunya, menjadikan Wapres pendamping Pak Harto bukan dari kabinet. Emil menilai demokrasi bisa dilahirkan pelan-pelan dengan memilih Wapres dengan kriteria tersebut. Itulah yang membuat dirinya kala itu memberanikan diri mencalonkan diri menjadi orang nomor dua di pemerintahan.
"Mungkin pemerintahan bisa lebih selamat andaikata yang menjadi nomor dua orang yang bukan di dalam pemerintahan. Saya sudah tidak (di pemerintahan) sejak 1993. Banyak teman yang masih di kabinet. Jadi, apa bedanya antara presiden (Soeharto) sama Habibie, kan sulit membuat demokratis," katanya. Tapi, dukungan dari MPR tak muncul. B.J. Habibie akhirnya terpilih mendampingi Soeharto.
Pada era Megawati, Emil ditunjuk menjadi anggota Dewan Penasihat Pemerintah dan kepala Dewan Ekonomi Nasional. Menjadi saksi dan pelaku sejarah pada era otoriter hingga demokrasi membuat dirinya punya pandangan tersendiri terhadap kepemimpinan SBY, presiden yang dia bantu saat ini.
Di antara para anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof Dr Emil Salim adalah yang tertua. Dia seorang teknokrat, ekonom, juga aktivis
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408