Ternyata Ini Alasan Indonesia Masih Impor Jagung
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan masih rendahnya pasokan jagung dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan industri pangan Indonesia sehingga masih impor.
Pasalnya, kebutuhan bahan baku jagung bagi industri pangan yang mencapai sekitar 1,2 juta ton pada 2021 baru dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri sebesar tujuh ribu ton.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan kebutuhan jagung untuk industri pangan di tahun ini diperkirakan meningkat sekitar 1,5 – 1,6 juta ton.
Peningkatan tersebut seiring dengan sudah beroperasinya satu investasi industri pati jagung baru di dalam negeri.
Febri mengatakan masih rendahnya pasokan jagung dari dalam negeri disebabkan sulitnya mendapatkan jagung dengan tingkat kandungan aflatoksin di bawah 20 ppb (part per billion).
“Itu merupakan angka maksimum kandungan aflaktoksin dalam jagung yang dipersyaratkan untuk industri pangan, sedangkan untuk bahan baku industri pakan, angka aflaktoksin maksimum 50 ppb,” ujar Febri, Jumat (6/5).
Aflatoksin ialah cemaran mikotoksin yang dihasilkan dari metabolisme cendawan Aspergilus flavus, yang terkandung dalam biji jagung serta kacang-kacangan dan bersifat karsinogenik.
Kandungan aflatoksin yang dikonsumsi dalam jumlah yang melebihi batas dan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan.
Kemenperin menyatakan masih rendahnya pasokan jagung dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan industri pangan Indonesia.
- Penghargaan Upakarti 2024, Dorongan Baru untuk Pemberdayaan IKM
- 4 Khasiat Rutin Makan Jagung, Turunkan Risiko Serangan Penyakit Ini
- Dorong Pelaku Usaha Bangun Ekosistem Bisnis, Kemenperin Gelar Idea Expo 2024
- Puncak Gernas BBI NTB: Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM
- Kemenperin Gelar Lomba Karya Tulis dan Fotografi Jurnalistik, Simak Ketentuannya!
- 7 Khasiat Jagung Rebus, Bantu Cegah Serangan Kanker Ini