Ternyata ini Penyebab Anak Indonesia Kurang Minat Membaca
Menurutnya, buku terbitan dalam negeri kurang menarik, sehingga ak-anak di daerah lebih memilih buku terbitan atau terjemahan dari luar negeri yang memikat.
Di sinilah kata Syarif, letak kekhawatiran, karena anak-anak bisa terasing dari lingkungannya sendiri.
Dia memaparkan banyak anak di daerah yang lebih tahu soal hewan-hewan di belahan bumi lain ketimbang di lingkungannya. Sebab, mereka kekurangan suplai buku asli terbitan dalam negeri.
“Anak-anak lebih fasih berbicara tentang beruang kutub atau dinosaurus, ketimbang tentang kuda Sumba karena banyak dijumpai di buku-buku terjemahan," ujarnya.
Pada kesempatan sama Subandi Sardjoko, Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas mengungkapkan Rencana Pembangunan Jangka Mengah (RPJM) 2020-2024 sudah menempatkan literasi, kreativitas, dan inovasi sebagai pilar penting perwujudan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing.
Bappenas juga mendorong gerakan literasi berbasis iklusi sosial, di mana pengetahuan yang diperoleh dari bahan bacaan bisa langsung dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bappenas juga membuat kebijakan melalui Dana Alokasi Khusus, untuk meningkatkan layanan kualitas bacaan di kabupaten dan provinsi.
“Pemerintah menyiapkan infrastrukturnya, dan mendorong pemanfaatan dana desa sesuai sumber daya di desa itu," tandas Subandi. (esy/jpnn)
Kepala Perpusnas RI mengungkapkan penyebab ana-anak Indonesia kurang membaca buku.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Perpustakaan Nasional Gelar Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024
- Peduli Pendidikan dan Literasi Dini, Alfamidi Salurkan Buku Bacaan di 11 Wilayah di Indonesia
- Kementan & Perpusnas RI Bedah Buku Menjaga Keberlanjutan Swasembada Pangan
- Bangun Perpusda, Pemkot Semarang Mengajukan Anggaran Rp 10 Miliar ke Perpusnas RI
- Perpusnas Tajamkan Program 2024 untuk Wujudkan Budaya Literasi
- Perpusnas Siap Salurkan Buku kepada 10 Ribu Perpusatakaan & TBM