Ternyata Ini Penyebab Harga Minyak Goreng Jadi Mahal
jpnn.com, JAKARTA - Meningkatnya permintaan global akan bahan bakar nabati atau biofuel berbasis minyak sawit sangat memengaruhi produksi minyak goreng.
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan peningkatan pangsa produksi crude palm oil (CPO) untuk bahan bakar nabati sebesar 24 persen terjadi dari 2019 hingga 2020.
"Hal itu tentunya sangat berdampak terhadap penurunan pangsa CPO yang diolah minyak goreng di Indonesia," ujar Felippa, Jumat (8/4).
Saat ini, Indonesia menerapkan kebijakan keharusan mencampurkan minyak diesel dengan 30 persen bahan berdasar minyak sawit (B30).
Program yang dilaksanakan sejak Januari 2020 tersebut mewajibkan pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen solar untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar impor dan mendorong peralihan ke energi baru dan terbarukan (EBT).
Data Kementerian ESDM menunjukkan, realisasi B30 adalah 9,3 juta kiloliter dengan sekitar 14 persen produksi minyak sawit Indonesia dialokasikan untuk biodiesel di 2021.
Kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM nomor 12/2015 ini berjalan dengan adanya jaminan pemerintah dan subsidi jika harga domestik lebih rendah daripada harga internasional.
"Hal ini menjadi faktor yang menyebabkan produsen kelapa sawit cenderung mendistribusikan CPO untuk produksi biodiesel," kata Felippa.
Meningkatnya permintaan global akan bahan bakar nabati atau biofuel berbasis minyak sawit sangat memengaruhi produksi minyak goreng.
- Prabowo Bakal Suntik Mati Operasional PLTU dalam 15 Tahun
- Perkebunan Nusantara & Rumah Sawit Indonesia Berkolaborasi Wujudkan Astacita
- Kelapa Sawit untuk Pembangunan Berkelanjutan
- Harga Pangan Hari Ini, Bawang Merah Mulai Merangkak Naik
- Waspada, Minyak Goreng Palsu Beredar di Pasar Kota Bandung
- Menko Airlangga Dorong Industri Kelapa Sawit yang Berkelanjutan, Efisien & Kompetitif