Terong Gosong NU

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Terong Gosong NU
Yahya Cholil Staquf saat berbicara mengenai dinamika pemilihan ketua umum PBNU di Ponpes Darussa'adah, Lampung Tengah, Rabu (22/12). Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

Itulah cara unik Gus Dur dalam melakukan pengkaderan. Hal yang sama dirasakan oleh Gus Ipul yang dicomot langsung dari Pasuruan selepas SMA dan dibawa langsung ke Ciganjur untuk menjadi ajudan Gus Dur. Gus Ipul menangis waktu dibawa Gus Dur ke Jakarta.

Namun, sekarang Gus Ipul bisa tertawa merasakan hasil gemblengan Gus Dur.

Gus Ipul menjadi politikus yang ulet dan pantang menyerah. Ia NU tulen, tetapi menyeberang ke HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Oleh banyak orang ia tidak dianggap punya kapasitas intelektual seperti Gus Dur.

Namun, Gus Ipul punya keterampilan lobi yang bagus. Ia menjadi anggota DPR RI dari PDI-P dan dekat dengan almarhum Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri.

Gus Ipul menjadi Menteri Pembangunan Desa Tertinggal di kabinet SBY, tetapi kemudian menjadi korban reshuffle. Gus Ipul kemudian menjadi wakil gubernur Jawa Timur dua periode di bawah Pakde Karwo. Pada 2019 Gus Ipul maju dalam pilgub Jatim, tetapi kalah dari Khofifah Indar Parawansa.

Banyak yang menduga karier politik Ipul tamat. Namun, bukan Ipul kalau tidak bisa bounce back.

Dalam pemilihan Wali Kota Pasuruan 2020 Ipul mengalahkan petahana dan menjadi Wali Kota Pasuruan berdampingan dengan adiknya, Irsyad Yusuf, yang menjadi Bupati Pasuruan.

Yahya Staquf tidak membangun karier politik seperti Imin dan Ipul.

Apakah warga NU akan memilih perubahan dengan memilih Kiai Terong Gosong? Muktamirin yang akan memutuskan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News