Teror Bom Oleh Keluarga Berpotensi Menjadi Tren Mengkhawatirkan

Profesor Gunaratna setuju bahwa serangan oleh keluarga merupakan fenomena baru di kawasan Asia Pasifik, tetapi mengatakan bahwa keluarga dan pasangan lain juga sudah pernah mencoba menggunakan anak-anak dalam pemboman di bagian lain dunia sebelumnya.
Apa yang dia pikir penting tentang perkembangan ini adalah bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa teroris mampu meradikalisasi seluruh keluarga.
"Ini membutuhkan respon keluarga dan masyarakat yang berorientasi untuk melawan ancaman," katanya.
Mengapa penyerang melibatkan anak-anak mereka?
Salah satu alasan mengapa penyerang memilih melibatkan anak-anak adalah bahwa orang dewasa dengan anak-anak umumnya tidak terlalu mencurigakan.
Kelompok radikal awalnya hanya merekrut laki-laki untuk misi bunuh diri, tetapi kemudian melibatkan perempuan karena perempuan cenderung tidak akan diberhentikan.
Sekarang anak-anak digunakan, karena orang tua dengan anak-anak lebih jarang diperiksa oleh petugas keamanan.
Itu menjelaskan mengapa kelompok-kelompok ekstremis tertarik untuk menarik anak-anak dalam serangan mematikan tetapi tidak menjelaskan mengapa dua orang tua bersedia melibatkan anak-anak mereka sendiri.

(Supplied)
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya