Teror Bom Paskah: Sri Lanka Tutup Masjid NTJ
jpnn.com, KOLOMBO - Seminggu setelah teror bom Paskah, umat Katolik Sri Lanka belum bisa kembali beribadah dengan normal. Hingga kemarin, Minggu (28/4), seluruh gereja masih ditutup.
Larangan menggelar misa untuk sementara belum dicabut. Uskup Agung Kolombo Kardinal Malcolm Ranjith menggelar misa di kapel kecil yang berada di rumahnya.
Homili (khotbah) yang dia sampaikan disiarkan langsung lewat televisi nasional. Penduduk bisa mengikuti misa dengan melihat televisi.
Pemandangan tak biasa tampak dalam misa tersebut. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena, Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe, dan Pemimpin Oposisi Mahinda Rajapaksa hadir dalam misa terbatas tersebut.
BACA JUGA: Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan
Politisi itu biasanya berseteru karena berseberangan dalam kepentingan politik. Permusuhan mereka dan disfungsi pemerintahan dituding sebagai salah satu penyebab pengeboman saat Paskah lalu gagal dicegah.
"Apa yang terjadi Minggu lalu adalah tragedi besar, sebuah penghinaan terhadap kemanusiaan," ujar Ranjith seperti dikutip Associated Press.
Hingga kemarin, situasi di Sri Lanka masih mencekam. Perasaan waswas tak hanya menghantui umat Kristiani. Kaum muslim yang juga merupakan minoritas pun merasa demikian. Tempat-tempat ibadah dua umat tersebut dijaga ketat.
Umat nasrani di Sri Lanka belum bisa beribadah dengan tengan. Begitu pun dengan mereka yang muslim. Semua karena teror bom Paskah
- Cegah Teror Saat Natal, Polri Sterilisasi Seluruh Tempat Ibadah
- BNPT Beri Sertifikat ke-16 Pengelola Objek Vital soal Pencegahan Terorisme
- Tinjau Program Sekolah Damai di SMAN 13 Semarang, Kepala BNPT Beri Pujian
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?