Teror di Melbourne, PM Australia Tuding Sakit Jiwa Cuma Alasan

"Kami melakukan segala hal sesuai kemampuan kami untuk membasmi pikiran-pikiran ekstrim dan potensi aksi teror," kata Moustapha kepada ABC.
"Jelas ekstrimisme dan radikalisme itu ada. Ada dalam Islam, ada dalam agama dan ideologi lainnya. Kami tak menolak hal itu," jelasnya.
"Tetapi bila Perdana Menteri muncul dan menyebut masyarakat tak berbuat banyak atau pemimpin masyarakat tak berbauat banyak, itu jelas keliru," tambahnya.
PM Morrison dan Mendagri Peter Dutton menggunakan insiden ini untuk menyerukan perlunya pengawasan yang ketat terhadap pesan eletronik terenkripsi.
Sebuah RUU yang dimaksudkan membantu penegak hukum dan badan keamanan mengakses pesan terenkripsi dari mereka yang dicurigai, sudah diajukan ke Parlemen.
UU itu nantinya memungkinkan pihak berwajib memaksa perusahaan teknologi membuka pesan eletronik terenkripsi.
Oposisi Partai Buruh menyatakan memiliki sejumlah catatan terhadap RUU tersebut.
Menteri Dutton menyebut sembilan dari 10 orang yang jadi target badan intelijen ASIO diketahui menggunakan layanan pesan terenkripsi.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia