Teror Diskusi di UGM, Setara: Pemerintah Bisa Dianggap Menikmati Persekusi
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif SETARA Institute Ismail Hasani menilai, tindakan teror atas rencana diskusi Constitutional Law Society (CLS) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM), merupakan bentuk persekusi atas kebebasan akademik dan kebebasan berpendapat.
Diskusi yang mengangkat thema 'Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan' sedianya digelar 29 Mei lalu.
Menurut Ismail, setiap diskusi dijamin oleh konstitusi. Pemasungan kebebasan merupakan bentuk penghancuran literasi dan ilmu pengetahuan yang berdampak buruk pada demokrasi yang berkualitas.
"Diskusi merupakan media pertukaran gagasan sekaligus sarana untuk memahami suatu kondisi lebih dalam dan dari beragam perspektif," ujar Ismail dalam pesan tertulis, Senin (1/6).
Ismail menyatakan, penyelenggaraan diskusi salah satu bentuk mimbar akademis yang dipilih untuk mengulik pandangan akademis dalam melihat suatu peristiwa.
Cara tersebut menjadi sarana literasi bagi akademisi secara khusus maupun masyarakat secara umum, agar tidak menelan suatu narasi peristiwa secara mentah-mentah.
"Tindakan persekusi atas kebebasan berpendapat bukan yang pertama terjadi di masa pemerintahan Jokowi sejak 2014 silam," ucapnya.
Ismail kemudian membeber Indeks HAM yang dirilis SETARA Institute pada 2019.
Tindakan teror atas rencana diskusi di Fakultas UGM dianggap sebagai persekusi atas kebebasan akademik.
- Setelah Unpad dan UII, Suara Pembebasan Mardani H Maming Muncul di UGM
- Produk Reksa Dana BRI-MI Dukung Kemajuan Pendidikan di Indonesia
- Kolaborasi Diperlukan untuk Tanggulangi Retinopati Diabetika Diabetes
- Langkah PT Paiton Energy Bersama UGM Dukung Energi Berkelanjutan
- Menjelang Pilkada, Polres Pamekasan Perketat Pengamanan di Lokasi Rawan Teror
- Pembubaran Diskusi FTA, Setara Institute Singgung Akuntabilitas Kepolisian