Terorganisasi Mulai Juanda, Batam, hingga Johor

Terorganisasi Mulai Juanda, Batam, hingga Johor
Terorganisasi Mulai Juanda, Batam, hingga Johor

Nurhalim mengatakan, tekong memang sering membeli tiket mendadak. Sebab, saat memberangkatkan tenaga kerja, mereka juga harus melihat situasi, aman atau tidak. "Biasanya sehari sebelum keberangkatan, mereka mengirimkan nama-nama yang diberangkatkan. Kadang ada juga yang cuma minta booking beberapa tiket."

Nurhalim tidak hanya menerima pembelian tiket dari Sholeh. Dia juga memiliki jaringan tekong lain di luar Madura. Yang biasa membeli dari dia, antara lain, tekong dari Jember, Lumajang, dan Tulungagung. Tugas Nurhalim tidak sekadar menjual tiket. Dia juga bertugas mengatur agar pemberangkatan itu tidak tercium petugas.

Salah satu caranya, menyebar orang-orang yang hendak diberangkatkan agar tidak mencurigakan. "Sampeyan (Anda) kalau sering ke bandara pasti tahu model orang-orang itu (calon pekerja ilegal) bagaimana. Kadang cuma sandalan jepit, pakaian seadanya seperti penumpang bus. Kalau mereka menggerombol, kan bisa mencurigakan," ujarnya.

Nah, setelah berhasil menerbangkan orang-orang "titipan" calo, tugas Nurhalim selesai. Menurut Nurhalim, ada juga bos tiket yang bermain di lini lain selain penjualan tiket. "Ada yang bermain sekaligus di penyeberangan kapal feri," ujarnya. Menurut Nurhalim, bos tiket semacam itu biasanya punya bisnis kapal cepat rute Batam-Johor. Tugas seperti itu lebih berat dan biasanya memang dilakukan orang yang lebih berpengalaman.

Jika kondisi memungkinkan, sesampai di Batam, para tenaga kerja tersebut langsung dibawa ke Johor dengan kapal cepat. Nurhalim menyebutkan, seorang kawannya sesama bos tiket juga punya kapal. "Dia bekerja sama dengan seorang pengusaha di Tanjung Pinang dan warga negara Malaysia."

Kapal yang dioperasikan itu sanggup mengangkut 120 orang dari Batam menuju tiga pelabuhan di Johor. Tiga pelabuhan yang menjadi tujuan adalah Stulang, Tg Belungkor, dan Tanjung Balai. Dari Batam ke tiga pelabuhan itu, jaraknya sama, kira-kira membutuhkan waktu 45 menit. "Sebelum berangkat, orang yang ada di dalam feri mencari informasi. Kira-kira pelabuhan mana yang agak longgar," jelasnya. (gun/jun/c7/end)

Meski beberapa kali digagalkan, praktik pengiriman tenaga kerja ilegal dari sejumlah kota di Jawa Timur tidak pernah surut. Bisnis itu makin menggurita


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News