Terorisme dan R20
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Agama—dalam hal ini Islam—sering dianggap sebagai faktor detrimental dalam pembangunan ekonomi.
Kekerasan atas nama agama terjadi sepanjang sejarah manusia.
Bukan hanya di kalangan Islam, di kalangan Yahudi, Kristen, Hindu, dan agama-agama lain juga muncul banyak sekali tindak kekerasan atas nama agama.
Di Indonesia, karena mayoritas penduduk beragama Islam, kekerasan atas nama Islam sering kali muncul, baik dalam skala besar seperti bom Bali, maupun skala kecil seperti kasus perempuan yang masuk pintu gerbang Istana Merdeka.
Kekerasan atas nama agama bukan monopoli Islam.
Karen Armstrong melakukan studi ekstensif mengenai kekerasan dan agama dalam bukunya ‘’The Field of Blood’’ (2010).
Buku ini merupakan tanggapan terhadap pandangan umum bahwa agama merupakan sumber kekerasan, dan bertanggung jawab terhadap berbagai teror atas nama kelompok agama yang kian sering terjadi akhir-akhir ini di pelbagai tempat.
Armstrong memperlihatkan bahwa alasan sesungguhnya bagi perang dan kekerasan sepanjang sejarah manusia sangat sedikit terkait dengan agama.
Bukan hanya di kalangan Islam, di kalangan Yahudi, Kristen, Hindu, dan agama-agama lain juga muncul banyak sekali tindak kekerasan atas nama agama.
- Ustaz Diyansyah Permana Ajak Umat Islam Menjaga Pilkada 2024 yang Aman-Damai
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Ini Alasan Jaksa Tuntut Bebas Guru Honorer Supriyani
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme