Terorisme dan R20
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Kekerasan terjadi sebagai reaksi terhadap kekuasaan negara, kapitalisme, dan modernisme berbungkus bahasa agama.
Kekerasan itu sebenarnya merupakan reaksi terhadap rasa terpinggirkan dan terkalahkan oleh gelombang kapitalisme dan modernisme.
Rasa kalah itu kemudian dibungkus dengan idiom-idiom agama.
Graham Fueller dalam buku ‘’The World Without Islam’’ juga menemukan bahwa tuduhan bahwa Islam identik dengan kekerasan yang terjadi dalam bentuk terorisme--di Timur Tengah dan beberapa wiayah dunia--adalah tuduhan yang tidak berdasar dan sekaligus tuduhan yang tidak mempunyai landasan sejarah.
Tanpa Islam pun kekerasan-kekerasan besar di dunia tetap terjadi. Begitu kesimpulan Fueller.
Karen Armstron melusuri beberapa fenomena aktual di Inggris.
Dia mengilustrasikan dua anak muda Inggris yang bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dengan berbekal pengetahuan Islam yang pas-pasan.
Kedua anak muda itu membekali diri dengan memesan dua buku dari Amazon, yaitu ‘’Islam for Dummies’’ dan ‘’The Koran for Dummies’’.
Bukan hanya di kalangan Islam, di kalangan Yahudi, Kristen, Hindu, dan agama-agama lain juga muncul banyak sekali tindak kekerasan atas nama agama.
- Ustaz Diyansyah Permana Ajak Umat Islam Menjaga Pilkada 2024 yang Aman-Damai
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Ini Alasan Jaksa Tuntut Bebas Guru Honorer Supriyani
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme