Terorisme dan R20
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Berbekal dua buku petunjuk praktis itu dua anak muda itu berangkat jihad.
Kedua anak muda itu tidak tahu banyak tentang Islam, tetapi mereka ingin melakukan jihad karena berbagai alasan yang rumit.
Alasan itu bisa jadi karena mereka tidak bahagia sebab merasa tidak diterima di lingkungan sosial Inggris, tidak punya pekerjaan, putus harapan untuk hidup yang lebih baik, miskin, serta alasan politik dan sosial yang tidak terkait langsung dengan agama.
Menurut Armstrong, hanya 20 persen di antara orang semacam kedua anak muda itu yang mempunyai pengetahuan Islam yang mencukupi.
Delapan puluh persen adalah mereka yang terlahir sebagai Islam, tetapi tidak mempelajari Islam, yang baru beralih agama, dan yang tiba-tiba belajar Islam hanya dari buku-buku sederhana itu.
Kata Armstrong, sebelum menyimpulkan bahwa agama sebagai sumber kekerasan, sebaiknya mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengapa seseorang atau sekelompok orang melakukan kekerasan dan mengklaim tindakan mereka atas nama agama.
Selama ini media dengan cepat menyebut tindak kekerasan seminim apa pun sebagai terorisme.
Armstrong mengingatkan bahwa mendefinisikan terorisme bukanlah hal yang sederhana.
Bukan hanya di kalangan Islam, di kalangan Yahudi, Kristen, Hindu, dan agama-agama lain juga muncul banyak sekali tindak kekerasan atas nama agama.
- Tim Deradikalisasi BNPT Berkomitmen Layani Warga Binaan Terorisme Secara Humanis
- Peringati Hari Al Quds Sedunia, Ribuan Massa Padati Gedung Grahadi Surabaya
- Kasus KDRT Viral di Bandung Naik ke Penyidikan
- Diduga Bunuh Bayi Sendiri, Brigadir Ade Kurniawan Tersangka
- Dugaan KDRT Wanita di Bandung, Polisi Ungkap Fakta Ini
- Menpora Dito Apresiasi Kegiatan Majelis Tilawah Al-Quran Antarbangsa ke 15 DMDI