Terorisme dan R20

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Terorisme dan R20
Pembukaan Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/11). Foto: Dok. R20

Definisi terorisme sampai saat ini masih problematis.

Dalam pandangan Armstrong, terorisme sangat sulit untuk didefinisikan.

Ada begitu banyak formulasi yang bersaing dan bertentangan sehingga istilah ini sekarang diselimuti kebingungan terminologis.

Armstrong melihat istilah ini cenderung emotif dan merupakan salah satu istilah yang sering disalahgunakan dalam bahasa Inggris, dan merupakan celaan, paling mencela, yang mencirikan tindakan kekerasan.

Motif terorisme pun berbeda-beda. Akan tetapi, terdapat satu hal yang umum bahwa terorisme pada dasarnya dan secara inheren bersifat politis.

Terorisme selalu soal kekuasaan dalam hal memperoleh atau mempertahankannya.

Armstrong menggali jejak historis hubungan antara kekerasan dan agama sejak tiga ribu tahun sebelum kelahiran Isa Almasih sampai saat ini.

Dia menyimpukan bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama, pemicu utamanya, sebenarnya, selalu saja berhubungan dengan nasionalisme sekuler.

Bukan hanya di kalangan Islam, di kalangan Yahudi, Kristen, Hindu, dan agama-agama lain juga muncul banyak sekali tindak kekerasan atas nama agama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News