Terpaksa Beli Air untuk Mandikan Jenazah

Terpaksa Beli Air untuk Mandikan Jenazah
Terpaksa Beli Air untuk Mandikan Jenazah
Dijelaskannya, sejak puluhan tahun lalu warga yang berada di wilayah penambangan batu Padalarang selalu mengandalkan mata air Tarengtong sebagai sumber mata air utama warga Cikamuning.  Mata air tersebut biasanya digunakan warga untuk berbagai kebutuhan mulai dari mencuci, mandi hingga memasak (MCK).

Namun sejak musim kemarau melanda sekitar empat bulan lalu, mata air Tarenggong tak mampu menyediakan air lagi. Warga pun, akhirnya mengandalkan air sungai Cimeta yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari kampung tersebut. "Tapi karena musim kemarau yang panjang seperti ini, sungai itu pun menjadi kering. Warga akhirnya mengandalkan air dari sawah," kata Omin (55), warga lainnya.

Omin menyatakan, warga setempat terpaksa memanfaatkan air sawah yang dialirkan melalui pipa berdiameter lima sentimeter  pada sebuah bak berukuran 1x2 meter yang berfungsi sebagai tempat penampungan. Dari bak tersebut, air sawah itu kemudian didistribusikan kepada seluruh warga melalui sebuah selang mungil ke dapur.

Meski khawatir mempengaruhi kesehatan akibat mengonsumsi air sawah, ia mengaku tak pernah sakit perut atau mengalami diare. Bahkan, menurut dia dirinya belum mendengar ada warga Cikamuning yang sakit setelah mengonsumsi air sawah tersebut. "Mau gimana lagi, daripada tidak minum, kami terpaksa minum air sawah ini," keluhnya. (jnr)

PADALARANG - Ratusan warga RW 01, Kampung Cikamuning, Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), dilanda krisis air parah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News