Terpaksa Mandikan Jenazah dengan Air Hujan

Terpaksa Mandikan Jenazah dengan Air Hujan
PDAM. Foto: JPG

Warga saling iri lantaran yang punya tandon bisa mendapatkan jatah air lebih banyak.

Sebaliknya, warga yang tidak punya tandon hanya bisa memanfaatkan wadah air seadanya. Mulai ember, timba, hingga galon.

Ada lebih dari 500 keluarga di wilayah RW 3. Saat air mampet, mereka hanya dijatah lima tangki air berkapasitas 5.000 liter.

Jumlah itu tentu saja kurang untuk mencukupi kebutuhan warga. Kalau mau lebih, warga harus berdemo dulu, baru diberi jatah tambahan.
''Sudah jadi hal biasa seperti itu," kata Su'ud.

Jika air masih kurang, otomatis warga harus membeli sendiri. Ada gledekan berisi delapan jeriken air ukuran 50 liter seharga masing-masing Rp 7 ribu.

''Kami membeli dari warga wilayah lain yang ngider ke sini," terang Su'ud.

Kisah lain sulit air datang dari Keputih. Choirul Huda, misalnya. Dia harus begadang untuk menunggu air PDAM.

Saat tengah malam, air baru mengalir. Padahal, biasanya air mulai keluar pukul 19.00 meski alirannya kecil.

Di kota sebesar Surabaya masih ada warga yang kekurangan persediaan air bersih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News