Terpidana Teroris Bisikkan Kalimat Begini ke Kalapas, Keringat Dingin Langsung Mengucur

Terpidana Teroris Bisikkan Kalimat Begini ke Kalapas, Keringat Dingin Langsung Mengucur
Kalapas Pasir Putih Hendra Eka Putra. Foto: lham Wancoko/Jawa Pos

Pembicaraan dengan Amman tidak lebih dari itu. Dalam pikiran Hendra, dia juga khawatir Amman akan melakukan sesuatu. ’’Sebab, Amman ini saya nilai sangat cerdas. Dia bisa berbahasa Arab dan hafal Alquran. Bisa-bisa mencuci otak para sipir yang juga muslim,’’ paparnya.

Amman juga tidak boleh dikunjungi, kecuali oleh keluarga inti. ’’Hanya orang tua, istri, kakak, adik, dan anak yang boleh menjenguk. Kalau hanya sepupu atau teman, tidak boleh,’’ tegasnya.

Sikap Abu Bakar Ba’asyir jauh berbeda dengan Amman. Ba’asyir lebih ramah dan hangat kepada sipir serta Kalapas. Bahkan, Ba’asyir kerap mengirimkan surat kepada Hendra. ’’Lho, Ustad Ba’asyir ini sering pakai surat kalau minta sesuatu,’’ ujarnya.

Salah satu surat yang ditulis Ba’asyir berisi permintaan agar tim pengacaranya diperbolehkan menjenguk dirinya. Dalam surat itu, Ba’asyir juga berharap kondisinya yang sudah menua bisa dimaklumi. Dia juga meminta keringanan dalam penjagaan.

’’Sebenarnya saya sangat kasihan dengan Ustad Ba’asyir. Tapi, bagaimanapun saya harus menjalankan tugas. Saya berikan kelonggaran kepada dia. Tapi, ya sebisanya dan tidak melanggar aturan,’’ jelas Hendra.

Ada pula kejadian saat para sipir harus berpikir dua kali untuk bermasalah dengan napi terorisme. Misalnya, akhir 2015, ada terpidana terorisme yang memukul seorang sipir. ’’Saat itu napi tersebut minta damai. Ya sudah, anggap saja tidak ada masalah,’’ ungkapnya.

Namun, beberapa waktu kemudian, ada seorang sipir bernama Gagah yang memukul salah seorang napi terorisme. ’’Eh, napi itu minta qisas (hukuman setimpal, Red) atau diganti rugi dengan diberi unta. Itu kan aneh,’’ ujarnya.

Kehidupan sebagai Kalapas Pasir Putih sudah lebih dari dua tahun dijalani Hendra. Sejak 2014 itu, jumlah anak buahnya masih sama, yakni tujuh orang. Tujuh sipir tersebut harus bergantian berjaga dalam tiga sif selama seharian. Ada 220 orang yang dijaga yang memang merupakan narapidana yang dianggap paling berbahaya, brutal, dan kejam. ’’Ya, kami berupaya sekuatnya saja,’’ tuturnya.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News