Terpidana Teroris Bisikkan Kalimat Begini ke Kalapas, Keringat Dingin Langsung Mengucur

Ibaratnya, kalau Lapas Pasir Putih diserang dari luar, pasti akan sangat mudah tembus. ’’Kami ini tidak punya senjata. Jumlah sipir minimal dan berada di pulau terpencil. Jangankan diserang dari luar, dari dalam saja juga kalah jumlah,’’ tegas mantan Kalapas Jambi tersebut.
Pekerjaan yang menuntut waktu 24 jam sehari itu memang bisa menimbulkan stres tingkat tinggi. Belum lagi persoalan gaji yang cekak untuk sipir. Dengan risiko yang begitu tinggi tersebut, orang biasa pasti akan ogah menjadi sipir. ’’Saya biasanya melepas stres dengan mengobrol dengan sipir dan napi. Tapi, banyak sipir yang juga gagal mengatasi stres,’’ paparnya.
Salah seorang sipir yang sakit karena tidak kuat bertahan di Pasir Putih adalah Kasi Kamtib Harnowo. Baru sepekan menjaga Lapas Pasir Putih setelah pindah dari Lapas Purwokerto, Harnowo jatuh sakit. ’’Ya, dia terserang stroke. Saya menduga karena memang kondisi Pasir Putih yang ekstrem. Tidak ada orang biasa. Hanya napi dan sipir,’’ ujarnya.
Kendati dengan legawa menerima tugas sebagai Kalapas, Hendra punya usul agar upaya deradikalisasi di lapas bisa lebih efektif. Selama di penjara, para terpidana kasus teror menghabiskan sebagian besar waktu mereka hanya di dalam kamar. Sama sekali tidak ada kegiatan yang berguna untuk kehidupan mereka selepas di penjara.
’’Saya menduga, itulah yang membuat terpidana kembali ke jalan terorisme,’’ katanya. (*)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu