Terpikat Forensik karena juga Urusi Orang Hidup
Selasa, 23 September 2008 – 11:06 WIB
Andai sejak awal tes DNA (deoxyribonucleic acid) dipakai untuk identifikasi Mr X dalam pembuktian pidana, kasus “salah tangkap” Kemat Cs di Jombang, Jatim, mungkin tak terjadi. Tak banyak ahli yang mendalami ilmu yang disebut the silent evidence itu. Djaja Surya Atmadja salah satunya. ”Laboratorium ini (pembangunannya) saya cicil sejak kuliah di Jepang. Ada beberapa mesin bekas yang saya bawa. Di sana (Jepang) sudah tidak dipakai, tapi di sini bermanfaat. Kini nilainya sudah miliaran rupiah,” kata Djaja, panggilan akrabnya.
FAROUK ARNAZ, Jakarta
RUANG di bangunan lantai II yang lokasinya tak jauh dari kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, itu tak beda jauh dari gambaran sebuah laboratorium pada umumnya. Berbagai cairan warna-warni dalam tabung berbagai ukuran ditata rapi di atas meja bertingkat. Ada yang isinya tinggal separo, ada yang masih penuh. Puluhan pipet ditaruh di bawahnya. Di pojok depan arah pintu masuk ada puluhan buku yang juga ditata bertingkat.
Di lab tes DNA milik Departemen Kedokteran Forensik, Fakultas Kedoktyeran UI, itulah sudah 12 tahun dokter Djaja Surya Atmadja melakukan tugasnya. Yakni, sejak dia pulang dari sekolah doktoral di Universitas Kobe, Jepang.
Baca Juga:
Saat ditemui siang itu Djaja baru usai mengajar mahasiswanya. ”Saya tak segan berbagi ilmu DNA untuk anak bangsa. Tak khusus mahasiswa UI, tapi dari mana pun saya selalu menerima,” katanya.
Andai sejak awal tes DNA (deoxyribonucleic acid) dipakai untuk identifikasi Mr X dalam pembuktian pidana, kasus “salah tangkap” Kemat
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408