Tersembunyi Tapi Terlihat Nyata

"Saatnya untuk pulang," pernah diucapkan Perdana Menteri Scott Morrison kepada pemegang visa sementara di Australia dan pelajar internasional saat Australia mulai memberlakukan 'lockdown' dan ratusan ribu imigran tidak bisa datang ke Australia.
Sekarang di saat Australia harus memutar kembali roda perekonomian, praktik eksploitasi bisa kembali terjadi, bahkan dengan skala yang diperkirakan akan lebih besar dari sebelumnya.
Upaya menutup celah
Meski ada banyak laporan soal pihak otoritas yang mulai mengawasi kasus eksploitasi dan perbudakan modern, para pengamat mengatakan banyak hal yang harus dilakukan.
"Tak ada keraguan jika pekerja migran sangatlah penting bagi Australia," kata Dr O'Brien said.
"Mereka penting untuk ekonomi kita, mereka memperkaya budaya kita, jika kita tidak memperlakukan mereka dengan adil, maka kita pun tak akan memiliki kontribusi yang baik dari mereka yang datang ke Australia."
"Jadi ini adalah masalah serius yang harus diselesaikan. Sekarang."
ABC telah berbicara dengan Australian Federal Police dan Departemen Dalam Negeri, yang menaungi lembaga Border Force dan Office of the Migration Agents Registration Authority (OMARA) soal tanggapan mereka terkait upaya mengawasi eksploitasi dan saran apa yang bisa diberikan kepada mereka yang menjadi korban.
"Penyulundupan manusia, perbudakan, dan praktik sejenis benar-benar terjadi di Australia," kata juru bicara Australian Federal Police.
Dengan mimpi bisa menetap di Australia, banyak pendatang baru menerima perlakuan eksploitasi dari majikan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia