Tersinggung Solo Disebut Surga Teroris, Atilah Soeryadjaya Pentaskan Tari Kolosal
Seluruh Pemain Asli Solo, Tampil Perdana di Singapura
Kamis, 02 Juni 2011 – 08:08 WIB

Tersinggung Solo Disebut Surga Teroris, Atilah Soeryadjaya Pentaskan Tari Kolosal
Sebagai ketua umum Mitra Wayang Orang Indonesia, Atilah langsung memilih karya seni tari. Awalnya, dia ingin menuangkan idenya dalam karya seni wayang orang. Tapi, perempuan kelahiran 28 April 1961 itu khawatir pertunjukan tersebut bakal sepi penonton. Jika penonton sepi, pesan yang ingin dia sampaikan bakal sia-sia.
Setelah memutuskan akan mementaskan seni tari, Atilah langsung menentukan judul karya itu, yakni Matah Ati. Matah adalah sebuah nama desa di Solo. Sedangkan Ati adalah nama asli Rubiyah, istri Raden Mas Said atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I yang juga dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyowo. Dalam Matah Ati, sosok Rubiyah diperankan oleh Rambat Yulianingsih.
Menurut Atilah, sudah banyak karya seni milik negeri ini yang mengupas sosok kesatria. Termasuk, Pangeran Sambernyowo. "Tapi, bagi saya, setiap kesatria memiliki sosok pendorong yang utama di belakangnya," tutur istri pengusaha Edward Soeryadjaya itu.
Setelah menggali dan meneliti tumpukan buku sejarah di Keraton Mangkunegaran, Atilah mendapatkan informasi bahwa sosok di balik kebesaran Mangkunegara I menghadapi kompeni pada abad ke-18 (1700-an) adalah Rubiyah. Perempuan itu bahkan ditunjuk menjadi panglima perang yang disebut memiliki prajurit perempuan berjumlah 40 orang.
Sebuah koran Singapura pernah menyebut Solo sebagai surga para teroris. Sebagai warga Solo, hati Atilah menjerit. Dia ingin menghapus stigma itu.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu