Terungkap, Perusahaan-Perusahaan Ini Menyuplai Minyak ke Rezim Brutal Myanmar
Sementara itu, Sea Trade Marine dari Yunani menjadi penerima manfaat Prime V, sedangkan perusahaan P&I Club dari Jepang terlibat dalam menyediakan asuransi perlindungan dan ganti rugi.
Amnesty International mengatakan telah menghubungi perusahaan-perusahaan tersebut.
Namun, hanya Japan P&I Club yang merespons dan mengatakan bahwa mereka mematuhi sanksi yang berlaku pada saat itu. Mereka juga mengatakan pertanggungan asuransinya dapat diakhiri jika sebuah kapal terlibat dalam aktivitas ilegal.
Tidak ada kesan bahwa Prime V melanggar hukum yang berlaku dalam pengiriman itu.
Kapal tanker lain, Big Sea 104, juga terdeteksi melakukan pengiriman bahan bakar ke Myanmar. Kapal tersebut berangkat dari Kilang Minyak Bangchak di Pelabuhan Bangkok, Thailand pada sekitar 8 Oktober 2022.
Adapun kilang tersebut dimiliki oleh perusahaan publik Thailand, Bangchak Corporation Plc.
Perusahaan Thailand lainnya, Prima Marine Plc., adalah penerima manfaat dari Big Sea 104, sedangkan P&I Club yang berbasis di Luxemburg menyediakan asuransinya.
Amnesty International mendesak negara-negara untuk bertindak, menangguhkan ekspor dan pengiriman bahan bakar penerbangan ke Myanmar.
Sejumlah perusahaan terdeteksi masih terus mengirimkan bahan bakar pesawat atau avtur ke Myanmar di tengah kejahatan perang yang terus dilakukan oleh militer
- Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina
- 7 Nelayan Aceh Terdampar di Myanmar, Kemlu RI Turun Tangan
- Prancis Dukung ICC Tangkap Pimpinan Israel dan Hamas
- Pengadilan Kriminal Internasional: Israel dan Hamas Lakukan Kejahatan Perang
- Anggota DPR Ini Menyoroti Serangan Israel ke Palestina, Singgung soal Genosida
- Kabar Terkini Muslim Rohingya di Myanmar, Makin Mengenaskan