Terungkapnya Detik-Detik Terakhir Eksekusi Mati Kartosoewirjo

Serahkan Jam Tangan Rolex dan Piyama ke Keluarga

Terungkapnya Detik-Detik Terakhir Eksekusi Mati Kartosoewirjo
Pengunjung melihat dan mengabadikan foto eksekusi Imam DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di sela-sela acara peluncuran buku karya Fadli Zon dan pameran 81 foto eksekusi mati Kartosoewirjo di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (05/09). Foto: Fery Pradolo/INDOPOS/JPNN
Putra bungsu Kartosoewirjo, yakni Sardjono Kartosoewirjo, hadir dan menjadi salah satu pembicara dalam bedah buku itu. "Ketika bapak meninggal (dieksekusi, Red), umur saya lima tahun," katanya.

 

Karena masih kecil, Sardjono tidak diajak dalam pertemuan terakhir keluarganya dengan Kartosoewirjo. Dia sendiri menyatakan sudah tidak memiliki dendam sejarah. "Sudah terlalu lama, 50 tahun, sudah beda generasi," katanya.

 

Sardjono menilai, proses eksekusi mati terhadap bapaknya itu telah memenuhi prosedur standar. Saat ditanya soal ide negara Islam yang diperjuangkan Kartosoewirjo, Sardjono menjawab dengan bijak. "Bapak hidup dalam keadaan perang, kalau saya dalam keadaan damai," ujarnya. Sardjono pernah beberapa kali mengunjungi Pulau Onrust karena mengira Kartosoewirjo memang diekseksi di sana.

Di tempat yang sama, Tahmid Basuki Rahmat, putra kedua Kartosoewirjo, juga menyatakan sudah ikhlas. "Semua ini proses sunatullah. Kita tidak bisa menolak," katanya.

 

Berkat buku karya Fadli Zon ini, diketahui bahwa Kartosoewirjo dimakamkan di Pulau Ubi, bukan di Pulau Onrust seperti yang diyakini selama ini. Fadli

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News