Terus Terapresiasi, Kurs Rupiah Direvisi
Selasa, 12 April 2011 – 09:00 WIB
Bambang menegaskan, apresiasi nilai tukar rupiah saat ini belum sampai menggerus daya saing ekspor. Indikasinya, kata dia, neraca perdagangan Indonesia masih kompetitif. "Sejauh ini, pengamatan sejak tahun lalu, meski rupiah terus terapresiasi, ekspor tetap tumbuh," tegasnya.
Penguatan rupiah juga dinilai masih positif bagi industri di tanah air. Sebab, sebagian barang manufaktur yang diekspor juga menggunakan komponen impor. Karena itu, jika nilai tukar rupiah menguat, biaya input dari impor menjadi lebih rendah. Selain itu, penguatan nilai tukar terjadi merata di kawasan. Dengan demikian, hal tersebut tidak banyak memengaruhi daya saing.
Bambang menambahkan, selain kurs rupiah, pemerintah akan mengubah asumsi dasar lainnya. Yakni, harga minyak mentah Indonesia (ICP), produksi siap jual (lifting) minyak, serta volume konsumsi BBM bersubsidi. Dia menyatakan, konflik politik dan keamanan di Libya berlangsung di luar perkiraan. "Jadi, antara Juni-Juli itu, kita akan revisi APBN," katanya. (sof/c5/agm)
JAKARTA - Apresiasi tajam nilai tukar rupiah membuat pemerintah harus merevisi asumsi kurs dalam APBN Perubahan 2011 yang akan dibahas pada pengujung
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Tumbuh Positif, Penerimaan Bea Cukai hingga Akhir 2024 Capai Rp 300,2 Triliun
- Ekspansi Berlanjut, Propan Raya Resmikan Inspiration Center ke-25
- LRT Jabodebek Gelar Apel Peringatan Bulan K3 Nasional 2025
- Mantap, Parfum Asal Indonesia Tembus ke Pasar Negeri Sakura
- Maksimalkan Potensi Bisnis Digital, Padang Toto Adidaya Tawarkan Solusi Kreatif
- Moratorium Sawit Hasilkan Kontribusi Ekonomi Rp 28,9 Triliun Pada 2045