Tetap Bermarathon Mengejar Si Badai Sandy
Rabu, 07 November 2012 – 00:47 WIB
Suhu New York City pagi itu masih di kisaran 5-7 derajad Celcius. Matahari cukup tegas menatap wilayah East Coast. Sesekali terhalang hitamnya awan, tetapi itu tidak banyak menaikkan suhu yang pekat dan menusuk. Dinginnya pagi itu betul-betul hanya bisa dilawan dengan asyik bermarathon. Setidaknya, bagi kulit tropis seperti saya, harus berulang kali mengolesi pelembab.
Sedikitnya 35 pelari marathon Indonesia yang sudah kepalang basah terbang ke New York pun tidak bisa memendam rasa kecewa. Sebagai kompensasi atas kegagalan itu, mereka tetap berkumpul di Colombus Squere, di pintu masuk Central Park. Mereka berkumpul, mengenakan jaket Merah Putih, topi "Wonderful Indonesia" lalu warming up bersama, memekikkan "Indonesia" dan bersama-sama berlari.
Direktur Pemasaran Luar Negeri Kemenparekraf RI, Nia Niscaya turut mendampingi mereka. Banyak media AS mewawancarai Nia, meminta tanggapan atas pembatalan akibat force major itu. Ibu empat anak yang lahir 15 September 1963 ini pun menjawab dengan bijak dan tidak emosional. "Sebagai partner, kami menghormati apapun keputusan organizer," kata Nia.
LEBIH dari 10.000 pemaraton dari 130 negara, Minggu pagi 4 November itu tetap berlari, sekalipun hanya berkeliling Central Park, New York. Ibarat
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing