Tetap Ngejot, tapi Sudah Masukkan Unsur Islam
jpnn.com - MATARAM - Ngejot atau tradisi berbagi makanan, tidak hanya menjadi tradisi masyarakat Lenek, tetapi juga menjadi tradisi masyarakat Sasak, suku mayoritas di Pulau Lombok.
Di sejumlah tempat, istilah ngejot ini dikenal dengan istilah ngater. Namun saat ini, tradisi ngejot atau ngater ini tidak lagi menjadi kebiasaan massal masyarakat. Salah satu desa yang tetap mempertahankan tradisi ini secara massal adalah Lenek.
Tidak diketahui kapan budaya ngejot ini dilakukan segari sebelum Idul Fitri. Diyakini, tradisi ini sudah ada sebelum Islam masuk ke Lombok.
Tradisi ngejot ini juga dikenal dalam masyarakat Hindu Bali yang biasanya dilaksanakan saat hari-hari besar. Istilah yang digunakan juga sama, yakni ngejot.
“Ngejot ini bentuk kecerdikan masyarakat Lenek dalam menafsirkan agama dan alam,’’ kata budayawan Lombok, Dr Salman Alfarisi seperti dilansir Lombok Post (JPNN Group).
Menurutnya, tradisi ngejot ini sudah dijalankan masyarakat Lenek jauh sebelum mengenal Islam. Tradisi ngejot itu mengambil ajaran animisme.
Ketika Islam datang, mayarakat Lenek tetap ngejot dengan cara yang sama, tapi sudah memasukkan unsur Islam.
“Mereka tidak membuat pertentangan aqidah Islam dengan keyakinan nenek moyang mereka, melainkan mereka membentuk kebudayaan baru,’’ kata Salman.
MATARAM - Ngejot atau tradisi berbagi makanan, tidak hanya menjadi tradisi masyarakat Lenek, tetapi juga menjadi tradisi masyarakat Sasak, suku mayoritas
- 4 Santri Meninggal Tertimpa Tembok Ambruk di Pesantren Sukabumi
- Polda Sumsel Berikan Makan Siang Gratis kepada Siswa SDN 036 Palembang
- BPTD Jabar Sidak Pul Bus Pariwisata Menjelang Nataru, Antisipasi Kendaraan Bodong
- Bersama Masyarakat, Polres Rohul Deklarasi Kampung Bebas Narkoba di Desa Puo Raya
- BPTD: 1.000-an Bus Pariwisata di Jawa Barat Tidak Laik Jalan
- Jadi Muncikari di Rohul, 3 Orang Perempuan Ditangkap Polisi