Tetap Rukun, 1 Rumah 2 Keyakinan
Islam dan Protestan. Setiap bulan suci Ramadan tiba, Khadijah sudah terbiasa bangun pada pukul tiga pagi.
Pagi itu Lombok Post (Jawa Pos Group) ditemani dua remaja setempat berkunjung ke rumah Khadijah. Kebetulan Khadijah dan suaminya, Ismail, sedang di rumah.
Mereka tengah duduk di beranda rumah panggung itu sembari menahan udara dingin. Kakinya terbungkus kain sampai telapak kaki.
Mereka tidak berpuasa. Walaupun tidak berpuasa, Khadijah mengaku tetap ikut menyiapkan menu sahur terbaik untuk anaknya yang memeluk Islam.
"Saya selalu membangunkan mereka. Puasa kewajiban mereka. Saya merasa harus menjaga mereka untuk melakukan kewajiban ibadahnya,” kata Khadijah seperti dilansir Lombok Post, Senin (21/5).
Soal toleransi, Khadijah tidak mendapatkan ilmu itu dari kemarin sore. Melainkan sudah puluhan tahun. Dari generasi ke generasi.
Di desa itu, dia melihat warga hidup rukun dalam perbedaan agama. Bertahun-tahun dalam perbedaan keyakinan itu pula, dia sudah terbiasa melihat umat Muslim menjalankan ibadah puasa.
Ibadah yang dilakukan sekali dalam setahun pada bulan suci Ramadan. Tahun ini, merupakan Ramadan yang ke-75. Sesuai dengan usianya.
Meski dalam satu rumah ada dua keyakinan, tapi penghuninya tetap hidup rukun, tenteram, dan damai.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408