Tetap Terjaga di Solo, Dua Kelompok Tarawih dan Dua Imam dalam Satu Masjid
Yang 23 Rakaat Pakai Pengeras Kecil, 11 Rakaat Pengeras Besar
Jumat, 05 Agustus 2011 – 15:51 WIB
Salah seorang pengurus sekaligus seorang Imam Masjid Agung, Solo, Muhtarom menjelaskan, tradisi dua salat berbeda rakaat tersebut berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Pada awalnya, saat masjid itu didirikan, hanya ada satu model salat Tarawih. Yakni, 23 rakaat. Perubahan mulai terjadi saat ada dua ulama Mambaul Islam (sebuah lembaga Keislaman Keraton Kasunanan Surakarta) memiliki pandangan berbeda tentang salat Tarawih. Mereka menganut salat Tarawih 11 rakaat.
Meski menggelar salat Tarawih 11 rakaat, dua ulama tersebut tak menghapuskan jamaah salat Tarawih 23 rakaat yang ada sebelumnya. Jamaah salat Tarawih 23 rakaat tetap menggelar ibadah di masjid itu, namun berada di ruang berbeda.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kian bertambahnya jumlah jamaah di Masjid Agung, akhir1980-an dua salat Tarawih berbeda rakaat itu mulai dipisah di dua tempat. "Dalam perbedaan itu sejak awal hingga sekarang tidak pernah timbul gejolak di antara jamaah. Sejak awal didirikan, Masjid Agung memang diperuntukkan masyarakat yang heterogen. Sebab, lokasi berdirinya masjid ini memang dahulu merupakan salah satu pusat keramaian kota," tuturnya. (nan/jpnn/c4/kum)
Di Indonesia mungkin baru terjadi di Masjid Agung, Solo, salat Tarawih dilakukan bersamaan oleh dua kelompok jamaah dengan jumlah rekaat berbeda.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408