Thailand Masih 'Milik' Thaksin

Rakyat Rindukan Rp 300 Juta Per Desa

Thailand Masih 'Milik' Thaksin
WARGA - Pendukung Puea Thai Party, antusias menonton tayangan langsung wawancara Yingluck Shinawatra di stasiun TV setempat, sesaat setelah dipastikan sebagai pemenang Pemilu 3 Juli lalu. Foto: Sofyan Hendra/Jawa Pos.
Mengenai tuduhan korupsi yang dialamatkan ke Thaksin, Kip Yencit, 36, pedagang buah, mengaku tak peduli. "Siapa sih orang pemerintahan yang tidak korupsi? Silakan saja korupsi, asal negara kaya, rakyat bisa makan, dan orang tidak menganggur," tandasnya. "Katanya, Thaksin korupsi, menipu, tapi kok bisa melunasi utang IMF (Dana Moneter Internasional)" tambah Kip.

Dia berharap Yingluck bisa meneruskan program yang dulu dijalankan Thaksin. Kip juga berharap Thaksin bisa kembali ke Thailand. "Tentu kami ingin dia kembali ke sini," katanya.

Pendukung Thaksin, terutama yang pernah bergabung dalam kelompok Kaus Merah, juga cukup militan dalam memberikan dukungan. Wichai Pilakron, 37, sopir taksi yang mengadu nasib di Bangkok, sampai mudik ke daerah asalnya di Sisaket, provinsi di sebelah utara bagian timur Thailand, agar bisa memberikan pilihan kepada PTP. "Saya pilih orang merah karena mereka selalu mendatangi masyarakat di bawah. Ini beda dengan Partai Demokrat," jelas Wichai.

Fah Hokpinong, 35, mengatakan, yang terpenting bagi pedagang kecil adalah ketersediaan dan keterjangkauan harga barang. Fah yang menjual nasi pad kaprao (nasi dengan lauk daging digoreng dengan daun kemangi) mengatakan, yang terpenting adalah barang tidak terus bergerak mahal. "Dulu, dua tahun lalu, sepiring nasi pad kaprao 25 baht, sekarang sudah 37 baht," cetusnya. (sof/c9/kum)

Nama Thaksin Shinawatra bagi rakyat jelata di Thailand masih harum hingga sekarang. Padahal, mantan perdana menteri (PM) itu dituduh korupsi dan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News