Thailand-Tiongkok Bangun Pabrik Semen di Sulsel
Hadapi MEA, Semen Tonasa Perkuat Packing Plant
jpnn.com - PANGKEP - Jelang pasar bebas ASEAN (MEA) 2015, persaingan bisnis semen mulai terasa di Indonesia timur. Setidaknya ada dua investor asal Tiongkok (Anhui Conch Cement Company Limited) dan Thailand (Siam Cement Group Plc) berencana membangun pabrik semen di Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Bahkan, pabrikan asal Vietnam, yakni Chinfon Cement Corporation, sudah siap memasarkan produk semen baru bermerek Merah Putih. Chinfon saat ini berkolaborasi dengan perusahaan lokal PT Sarana Agra Gemilang. Mereka tertarik berinvestasi bisnis semen di Indonesia timur karena pertumbuhannya sekitar 6 persen (2013-2014) .
Kehadiran tiga kompetitor itu menjadi ancaman bagi pabrikan semen lokal, khususnya PT Semen Tonasa, yang selama ini "menguasai" 42 persen pasar semen di Indonesia timur. Semen Tonasa memiliki sejumlah strategi untuk membendung kehadiran serbuan tiga pabrikan semen besar tersebut. Salah satunya, mendekatkan diri ke konsumen dengan membangun pabrik pengemasan semen alias packing plant. "Kami akan memperbanyak packing plant di daerah-daerah, misalnya di Sorong, Papua," kata Dirut Semen Tonasa Andi Unggul Attas, akhir pekan lalu.
Saat ini, pabrik Semen Tonasa memiliki kapasitas produksi 5,98 juta ton pertahun. Tahun ini, perseroan menargetkan 6,7 juta ton per tahun dan saat pemberlakuan MEA 2015 sekitar 7 juta ton pertahun. Di pasar lokal, pesaing terdekat adalah PT Semen Bosowa dan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (Tiga Roda). Belakangan beredar semen impor dari Tiongkok tetapi kurang laku di pasaran.
Menurut Andi, Semen Indonesia kini mengoperasikan total 23 packing plant alias pabrik pengemasan semen. Semen Tonasa yang mengelola pasar Indonesia timur memiliki sedikitnya 10 packing plant yang diantaranya tersebar di pelabuhan Biringkassi Pangkep, Makassar, Bitung, Palu, Ambon, Kendari, dan Sorong.
"Kami berencana memperbanyak pembangunan packing plant untuk efektivitas pemasaran," kata Andi. Biaya distribusi sendiri menyedot 15-17 persen dari total biaya produksi.
Andi menjelaskan, biaya pembangunan satu unit packing plant senilai Rp 100 miliar. "Sebuah pelabuhan layak dibangun packing plant bila serapan pasarnya mencapai 150 ribu ton pertahun," jelasnya.
Selain memperbanyak packing plant, kata Andi, perseroan menjajaki pembangunan pabrik semen di Papua. Investasi pabrik baru itu mencapai sekitar Rp 3 triliun. Dia membeberkan, kebutuhan semen di Papua selama ini memang kecil, yakni 500 ribu ton per tahun.
PANGKEP - Jelang pasar bebas ASEAN (MEA) 2015, persaingan bisnis semen mulai terasa di Indonesia timur. Setidaknya ada dua investor asal Tiongkok
- Pengamat Tata Kota Sebut Aparat Lemah kepada Preman Bisa Hilangkan Kepercayaan Publik
- Shila at Sawangan Luncurkan Hunian untuk Keluarga Muda, Pemandangan Tepi Danau
- Flipster Hadirkan Penarikan Kripto Bebas Biaya Melalui Kolaborasi BNB Chain
- Additiv dan Syailendra Capital Ubah Lanskap Investasi Digital Indonesia
- Bank Mandiri Dorong Tenun Tradisional Bali, Lombok, dan Kupang Menembus Pasar Global
- BRI Insurance Perluas Literasi Asuransi Syariah ke Pesantren