The Fed Ketok Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Indonesia Wajib Waspada!
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve AS menimbulkan berbagai risiko.
Pasalnya, kenaikan suku bunga 0,25 persen bukan disebabkan oleh adanya pemulihan ekonomi melainkan kekhawatiran inflasi tinggi.
Bhima mengatakan berdasarkan proyeksi di berbagai lembaga internasional saat ini sedang terjadi ancaman global economy slowdown akibat disrupsi pasokan dan risiko geopolitik.
"Ini merupakan kondisi yang dapat memicu terjadinya tekanan ekonomi baik di AS maupun di negara berkembang karena konsumen sebenarnya belum siap menghadapi kenaikan suku bunga," ungkap Bhima, Kamis (17/3).
Akan tetapi, imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia telah mengalami kenaikan, bahkan sebelum adanya pengumuman dari Fed.
Tercatat dari data ADB, imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik 37.2 bps sejak awal 2022 menjadi 6,75 persen.
"Naiknya imbal hasil mengindikasikan risiko surat utang dalam tren meningkat," kata Bhima.
Oleh karena itu, investor juga menekan pemerintah untuk segera menaikkan kupon surat utang SBN sebagai kompensasi atas naiknya suku bunga secara global.
The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps untuk meredam inflasi AS, Indonesia wajib waspada soal dampak kebijakan itu.
- Kisah Sukses Nasabah PNM Mekaar, Ekspor Olahan Sisik Ikan ke Berbagai Benua
- ICEBM Untar 2024 jadi Sarana Percepatan Pencapaian SDGs untuk Semua Sektor
- RI Sulit Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Kalau Mengandalkan Kapasitas Fiskal
- Khofifah-Emil Punya Komitmen Konkret Menjadikan Jatim Episentrum Ekonomi Indonesia Timur
- Pemkot Kupang Dorong Kemudahan Investasi untuk Penyerapan Tenaga Kerja
- Garudafood Dorong Ekonomi Inklusif, Berdayakan UMKM