The Good, The Bad, and The Ugly

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

The Good, The Bad, and The Ugly
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Foto: Ricardo

Sementara Tuco Ramirez adalah ‘’The Ugly’’, penjahat yang mengacau dan meresahkan dan menjadi buron karena kejahatannya.

Ada juga tokoh ‘’The Bad’’ yang menggambarkan seorang tentara yang sekaligus menjadi pembunuh bayaran yang sedang memburu seseorang yang melarikan uang dalam jumlah besar. 

Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter yang bertentagan itu saling bersaing dan kemudian saling membunuh, tetapi pada akhirnya ‘’sang lakon yang menang’’, The Good menjadi pahlawan.

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengutip kisah film itu ketika memberikan pidato pengukuhan doktor honoris causa yang diterimanya dari Universitas Brawijaya, Malang Senin (25/7). 

Paloh mengatakan bahwa dua pemilihan presiden Indonesia telah melahirkan polarisasi yang merupakan dampak dari politik identitas. Kendati demikian, politik identitas tak selalu negatif.

Paloh lalu mengutip film Clint Eastwood yang juga dijadikan perumpamaan oleh Yudi Latif yang memberi ciri tiga bentuk politik identitas, yaitu good, bad, dan ugly. Politik identitas disebut baik ketika ia menjadi ciri bagi sebuah partai atau kelompok politik.

Setiap kelompok memang akan melahirkan identitasnya masing-masing. 

Setiap kelompok bahkan harus melahirkan identitasnya. 

Surya Paloh mengutip kisah film The Good, The Bad, and The Uglyitu ketika berpidato pengukuhan doktor honoris causa yang diterimanya dari Universitas Brawijaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News