The Good, The Bad, and The Ugly
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Kelompok politik yang baik adalah kelompok yang mampu membangun identitas diri yang kemudian menjadi pembeda antara ia dengan kelompok yang lain.
Namun, identitas itu tidak membuatnya merasa eksklusif atau tidak mau mengenal yang lain.
Sebaliknya, mereka tetap mampu bersikap inklusif, bersedia berinteraksi, dan siap mengenal hal yang berbeda dengan kelompoknya.
Kelompok tersebut menyadari bahwa manusia adalah agen multi-identitas.
Ada identitas suku, organisasi, agama, politik, hingga identitas kebangsaan yang dimiliki oleh masyarakat.
Kata Paloh, politik identitas yang tidak baik atau bad adalah mereka yang bersikap eksklusif dan tidak mau mengenal yang lain.
Mereka membatasi diri dalam berteman atau bekerja sama.
Mereka tidak mengganggu namun cara pandang dan berpikirnya menjadi sempit.
Surya Paloh mengutip kisah film The Good, The Bad, and The Uglyitu ketika berpidato pengukuhan doktor honoris causa yang diterimanya dari Universitas Brawijaya
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk
- Analisis Qodari Soal Pilkada Jakarta 2024, Soroti Sikap Anies Dukung Pram - Rano
- Sikap Anies Belum Tentu Bikin Anak Abah Mendukung Pramono Anung
- Inilah Bukti Pengaruh Kuat Anies Baswedan, Bakorsi Berubah Haluan
- Dukung Gerakan Literasi Heka Leka, Anies Baswedan Bicara Potensi Anak-anak Maluku