The Real Winner is Qatar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

The Real Winner is Qatar
Pertunjukan kembang api di sekeliling balon trofi Piala Dunia yang berlangsung jelang sepak mula partai final Piala Dunia 2022 antara Argentina melawan Prancis di Stadion Lusail, Al Daayen, Qatar, Minggu (18/12/2022). (ANTARA/Gilang Galiartha)

Qatar dan Maroko menjadi representasi wajah Islam.

Setiap kali Maroko menyelesaikan pertandingan, semua pemain, pelatih, dan ofisial melakukan sujud syukur.

Ketika mengalahkan Spanyol dan Portugal-- dua kekuatan raksasa Eropa—pemain-pemain Maroko bersujud syukur.

Ketika dikalahkan Prancis pun pemain-pemain Maroko tetap bersujud syukur setelah pertandingan.

Bintang-bintang Maroko seperti Asyraf Hakimi—bermain di PSG bersama Messi dan Mbappe—membawa ibunya ke stadion dan mencium sang ibu setiap selesai pertandingan.

Pemain-pemain Barat sibuk membawa dan memamerkan WAG, wives and girlfriends, yang cantik dan berpakain seksi ke stadion, tetapi pemain Maroko membawa ibu dan bapaknya yang berpakaian muslim.

Qatar dengan tegas melarang penggunaan lambang LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) untuk ban kapten tim, dan melarang semua simbol LGBT ke stadion.

Hal ini memunculkan protes keras dari tim Eropa terutama Jerman. 

Sang juara adalah Messi, tetapi juara yang sesungguhnya adalah Qatar. Juara sebenarnya pada perhelatan Piala Dunia ini tidak lain adalah tuan rumah Qatar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News