The Real Winner is Qatar
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Qatar dan Maroko menjadi representasi wajah Islam.
Setiap kali Maroko menyelesaikan pertandingan, semua pemain, pelatih, dan ofisial melakukan sujud syukur.
Ketika mengalahkan Spanyol dan Portugal-- dua kekuatan raksasa Eropa—pemain-pemain Maroko bersujud syukur.
Ketika dikalahkan Prancis pun pemain-pemain Maroko tetap bersujud syukur setelah pertandingan.
Bintang-bintang Maroko seperti Asyraf Hakimi—bermain di PSG bersama Messi dan Mbappe—membawa ibunya ke stadion dan mencium sang ibu setiap selesai pertandingan.
Pemain-pemain Barat sibuk membawa dan memamerkan WAG, wives and girlfriends, yang cantik dan berpakain seksi ke stadion, tetapi pemain Maroko membawa ibu dan bapaknya yang berpakaian muslim.
Qatar dengan tegas melarang penggunaan lambang LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) untuk ban kapten tim, dan melarang semua simbol LGBT ke stadion.
Hal ini memunculkan protes keras dari tim Eropa terutama Jerman.
Sang juara adalah Messi, tetapi juara yang sesungguhnya adalah Qatar. Juara sebenarnya pada perhelatan Piala Dunia ini tidak lain adalah tuan rumah Qatar.
- Kembangkan Bisnis, Anak Usaha ABMM Akuisisi Perusahaan Logistik Global Asal Prancis
- Hasil Liga Spanyol: Menang 3-0 Atas Leganes, Madrid Naik Posisi 2 Klasemen
- Warning dari Erick Thohir Setelah Timnas Indonesia Menghancurkan Arab Saudi
- Pelatih Bahrain Menantikan Duel Melawan Timnas Indonesia
- Mengintip Peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026, Seberapa Dekat?
- Indonesia vs Arab Saudi: Aksi Marselino Ferdinan Menghidupkan Nyawa Garuda