Three Musketeers

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Three Musketeers
Ilustrasi Istana Merdeka. Foto: Ricardo/JPNN.com

Soekarno dengan kepribadian yang flamboyan cenderung megalomanian, dan Hatta yang tenang lebih cenderung menjadi seorang demokrat yang egalitarian.

Ketika Soekarno makin berambisi menjadi presiden seumur hidup dan mengontrol demokrasi dengan konsep demokrasi terpimpin, dua orang itu akhirnya harus berpisah jalan. Dwitunggal pun pecah menjadi dwi tanggal.

Sebutan Three Musketeers, tiga serangkai politik, beberapa hari belakangan ini viral di media sosial, setelah politisi Arif Poyuono mengunggah konten yang menyebut-nyebut adanya Three Musketeers di Istana Negara.

Tiga serangkai itu adalah orang-orang kepercayaan Presiden Joko Widodo yang selama ini sangat berpengaruh terhadap berbagai keputusan strategis.

Poyuono mungkin ingin naik gelombang dan melakukan pansos, panjat sosial, dengan menumpang isu masa kepresidenan tiga kali.

Dalam pengakuan Poyuono, ia telah menemui Three Musketeers di Istana dan mengusulkan soal perpanjangan masa kepresidenan menjadi tiga periode.

Tidak disebutkan siapa saja tiga musketeers itu. Orang pun hanya bisa menebak-nebak siapa saja tiga serangkai Istana yang disebut-sebut sangat berpengaruh terhadap Jokowi itu. Poyuono juga tidak menyebut nama dengan jelas. Ia malah melempar teka-teki politik dengan menyebut inisial Three Musketeers, yaitu M, L, dan P.

Siapa tiga orang itu? Spekulasi pun bermunculan. Dan yang paling santer disebut adalah Luhut Binsar Panjaitan, menko marives, Moeldoko, ketua KSP, dan Pratikno mensesneg.

Ia malah melempar teka-teki politik dengan menyebut inisial Three Musketeers, yaitu M, L, dan P.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News