Tiada Maaf Bagi TrumpKim
Oleh Dahlan Iskan
Pengalamannya naik pesawat kepresidenan juga belum ada. Sekali naik pesawat kecil sekali saat ke kota Dalian bertemu Xi Jinping yang kedua kalinya. Lalu naik pesawat besar milik Tiongkok, ke Singapura itu.
Saat pertama ketemu Xi Jinping pun gestur Kim sudah sangat presiden. Biar pun kedatangannya hanya dengan naik kereta api. Pun saat bertemu presiden Korsel di perbatasan itu Kim juga sudah sangat presiden.
Kim pun tidak ragu menyentuh punggung Trump saat minta Trump berjalan sedikit lebih di depannya. Sebagai hormat yang wajar dari seseorang yang lebih muda.
Kim juga tiba di tempat summit 6 menit lebih dulu. Dengan penjelasan yang sangat simpatik: adat kami mengharuskan yang muda harus tiba lebih awal.
Kim juga tahu bagaimana merebut hati publik. Tiba-tiba saja ia keluar malam-malam di Singapura. Menjelang summit itu.
Ia ke Marina Bay yang ramai. Naik pula ke lantai 50. Melihat seluruh Singapura dari atas. Menyapa masyarakat dari kejauhan.
Kim seperti sedang belanja ide: akan diapakan Korut nanti setelah tidak dalam keadaan perang. Seperti sedang memimpikan sesuatu untuk negerinya.
Singkatnya: Kimlah yang memenangkan opini dunia. Bukan Trump. Sebuah pelajaran public relations yang sempurna.(dis)
Potongan rambut Trump dan Kim mengecewakan para penata rambut sedunia. Ahli-ahli tata rambut tentu menagis melihat gaya rambut mereka berdua.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi