Tiap Jam, Seorang Perempuan Tewas Lantaran Mahar
jpnn.com - PERNIKAHAN bukan sekadar pertautan dua hati yang saling mencintai. Setidaknya, demikianlah yang terjadi di India. Meski saling mencintai, sejoli Negeri Taj Mahal itu tidak selalu bisa mewujudkan pernikahan. Apalagi pernikahan yang bahagia. Sebab, tradisi masih mementingkan mahar sebagai syarat penting pernikahan.
--------------------------------------
DI India, mahar atau maskawin bukanlah barang-barang berharga persembahan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Tapi, itu lebih menyerupai upeti dari orang tua mempelai perempuan untuk keluarga mempelai laki-laki. Dalam pembahasan mahar tersebut, biasanya mempelai perempuan tidak dilibatkan. Adapun mempelai laki-laki kadang-kadang saja terlibat.
Sesuai dengan tradisi, mahar hanya dibahas orang tua mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Di India, mahar pun tidak selalu harus dibayar tunai. Perwujudan mahar yang umumnya berupa uang tunai dan barang berharga tersebut boleh dilakukan secara bertahap. Namun, pembayaran mahar secara bertahap (mencicil) itulah yang lantas menimbulkan banyak masalah.
Seiring dengan berjalannya waktu, keluarga mempelai laki-laki bisa saja meningkatkan nilai mahar yang mereka sepakati pada awal pernikahan. Sampai mahar terbayar lunas, keluarga mempelai laki-laki cenderung memperlakukan mempelai perempuan dengan semena-mena. Mulai sindiran, olok-olok, sampai berbagai bentuk siksaan fisik. Bahkan, siksaan mental dan fisik tersebut tidak jarang berujung pada kematian.
Setiap tahun ribuan perempuan India menemui ajal karena api. Suami atau keluarga suami membakar perempuan yang belum melunasi maharnya lantaran kesal. Misalnya, yang dialami Pravartika Gupta pada tahun lalu. Perempuan 25 tahun itu tewas karena ulah si suami. Dia dibakar di tempat tidur ketika sedang terlelap bersama putrinya yang masih berumur 13 bulan.
Selasa lalu (3/9), Biro Catatan Kriminal Nasional India melaporkan, tiap sejam, seorang perempuan meninggal lantaran kejahatan yang terkait dengan mahar. "Tahun lalu 8.233 perempuan India meninggal karena sengketa mahar," terang lembaga tersebut. Sayangnya, angka kematian yang tinggi itu berbanding terbalik dengan pembuktian kejahatan tentang mahar yang hanya 32 persen.
Sebenarnya, hukum India sudah melarang pemberian dan penerimaan mahar dalam pernikahan. Tetapi, hukum yang dibakukan pada 1961 tersebut tidak bisa diterapkan dengan pas. Dalam praktiknya, masyarakat India masih sangat permisif terhadap pemberian dan penerimaan mahar. Tidak jarang, masyarakat malah memandang sinis kepada mereka yang berusaha mendobrak tradisi salah itu dan menegakkan hukum.
PERNIKAHAN bukan sekadar pertautan dua hati yang saling mencintai. Setidaknya, demikianlah yang terjadi di India. Meski saling mencintai, sejoli
- Pilpres Makin Panas, Banyak Warga Amerika Pengin Pindah Negara
- Diplomasi Pertahanan dengan China Belum Mengurangi Ketegangan di Natuna
- Resmi! Ini Jabatan Baru Retno Marsudi setelah Meninggalkan Kementerian Luar Negeri
- Rusia Nilai Indonesia Sangat Klop dengan BRICS
- Pemimpin Iran: Serangan Israel Tak Bisa Dianggap Remeh
- International Hajj Fund Forum Rumuskan Strategi Inovatif Mengelola Dana Haji