Tiba-tiba Tiada
Oleh Dahlan Iskan
Saya selalu hormat padanya --biarpun saya lebih tua. Kalau ia minta sesuatu saya tidak bisa menolak.
Misalnya dua bulan lalu. Ia minta saya ke Bali. Untuk jadi pembicara di depan pengusaha Muhammadiyah se-Indonesia.
Ketika berulang tahun ke-50, ia menerbitkan buku. Saya juga diminta menulis kata pengantar.
Pokoknya saya tidak bisa mengatakan tidak padanya. Maka saya terkejut ketika kemarin sore dapat kabar: ia meninggal dunia.
Kekayaan menjadi seperti tidak ada artinya.
Lalu saya telepon putranya. Tidak tersambung. Saya hubungi manajemennya. Tidak tersambung. Saya hubungi istrinya. Tidak tersambung.
Di masa seperti ini begitu sulit mendapatkan konfirmasi. Apalagi bagi orang seperti saya yang imunitas badan sengaja justru harus diturunkan.
Hanya satu potong keterangan yang bisa saya dapat: beliau sudah empat hari dirawat di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. ”Sakit jantung dan paru-paru”.